Senin, 22 Desember 2025

688 Hektare Lahan Pertanian Terancam Kering

- Senin, 17 Juni 2019 | 12:32 WIB

METROPOLITAN - Musim ke­marau mulai berdampak pada lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi. Di mana ada ratusan hektare area persawahan di lima kecamatan yang terancam keke­ringan. Dari data yang dihimpun, ada 688 hektare lahan pertanian yang terancam kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian (Dis­tan) Kabupaten Sukabumi Sudrajat mengatakan, lahan yang terancam kekeringan itu tersebar di lima kecamatan, terutama di wilayah Selatan Sukabumi. Data sementara luas terancam kekeringan ya­kni Kecamatan Ciemas 409 hektare, Pabuaran 180 hektare, Simpenan 56 hektare, Surade 26 hektare dan Cibitung 17 hektare.

Lahan yang terancam keke­ringan ini, ungkap Sudrajat, sudah mendapatkan penanga­nan dan bantuan dari pemerin­tah. Terutama dengan bantuan pompanisasi untuk daerah yang masih terdapat sarana air.

Sudrajat menuturkan, petugas di lapangan terus memantau perkembangan lahan yang te­rancam kekeringan. Hal itu untuk mencari solusi menanga­ninya. Sehingga lahan perta­nian yang terancam kekering­an dapat terselamatkan. Hara­pannya tidak ada lahan yang gagal panen atau puso. Hal ini dapat mencegah kerugian yang dialami petani akibat gagal panen.

Sudrajat mengimbau pada momen kemarau sebaiknya petani beralih ke tanaman pa­lawija. Apalagi Pemkab Suka­bumi juga tengah serius mela­kukan pengembangan kawasan buah-buahan.

Misalnya tanaman pisang yang dipusatkan di Selatan Suka­bumi, terutama di sekitar ka­wasan Geopark Ciletuh atau Pajampangan. Selain itu, jenis buah lainnya seperti semang­ka di daerah tertentu.

Pemeliharaan komoditas ta­naman buah-buahan ini, jelas Sudrajat, harus dilakukan dengan baik. Terutama dari ancaman serangan hama atau Organisme Penganggu Tanaman (OPT).

Sudrajat menerangkan, pe­merintah berharap peng­embangan kawasan buah-buahan ini dapat menjadikan Sukabumi sebagai sentral pen­ghasil buah-buahan nasional. Apalagi selama ini buah-buahan dari Sukabumi sudah dipasok untuk memenuhi kebutuhan daerah lain.

Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade H Sahlan menuturkan, petani mayoritas sudah beralih menanam tana­man palawija seperti semang­ka. ’’Peralihan ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat kemarau yang mulai terasa di Selatan Suka­bumi,’’ katanya.

Di mana bila tetap menanam padi dikhawatirkan akan kesu­litan mendapatkan pengairan. Terlebih, lanjut Sahlan, mayo­ritas lahan pertanian di selatan termasuk sawah tadah hujan. Dalam artian lahan tersebut sangat mengandalkan guyuran hujan untuk mengairi area per­sawahan.

Sehingga, sambung Sahlan, sejak awal puasa petani sudah menanam palawija, khususnya semangka. Tanaman semang­ka lebih sedikit membutuhkan pasokan air dibandingkan padi. (rep/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X