SUKABUMI - Penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dianggap tidak berpengaruh pada sekolah swasta. Termasuk SMK Yasti Cisaat.
Kepala SMK Yasti Yudi Lazuardi mengatakan, ada tidaknya sistem zonasi tidak memberi dampak pada sekolahnya. Sebab, Yudi yakin sekolahnya sudah memiliki peminatnya tersendiri. Sebab, pihak sekolah telah menyediakan segala sarana dan prasarana yang bisa menunjang anak dalam belajar.
”Sistem zonasi tidak berpengaruh buat kami di sekolah Yasti. Sebab dalam mencari siswa baru, kami sudah mempunyai pangsa pasar sendiri,” tutur Yudi.
Tahun ini, PPDB Yasti sudah mencapai 350 siswa dan jumlah tersebut dianggap melebihi kapasitas sekolah yang justru memerlukan 320 siswa saja di setiap tingkatan.
”Sekarang itu yang sudah mendaftar ulang ada 270 siswa. Berdasarkan peraturan sisa dalam perkelas itu kan maksimal 32, minimal 16 di 16 basemen. Ya itu sudah maksimal yang mendaftar, bahkan lebih,” ucapnya.
Salah satu bukti yang bisa diunggulkan dari Yasti yakni dengan adanya metode pembelajaran pemasangan fiber optik untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ).
“Kita itu ada empat jurusan. Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Administrasi Perkantoran, Teknik Industri, Pemasaran dan Tata Busana. Semua jurusan kita sudah sediakan fasilitasi. Jadi untuk rekan-rekan SMK swasta di Kabupaten Sukabumi, tak perlu riskan dengan sistem zonasi. Karena sekolah swasta itu sekolah mandiri, jadi bisa mencari murid sendiri,” jelasnya.
Untuk metode pemasangan fiber optik, lanjut Yudi, pihaknya juga harus mengeluarkan biaya tak sedikit dalam menyediakan sarana dan prasarananya. Yakni mencapai Rp50 juta. “Kami juga bekerja sama dengan lima perusahaan besar di Indonesia. Ini salah satu yang bisa dibanggakan,” tuturnya.
Dalam metode pembelajaran, ia mengaku pihaknya juga turut menyesuaikan tuntutan dan kebutuhan industri. “Siswa kamu dilatih untuk siap kerja. Karena 65 persen praktik dan 35 persen teori. Tahun ini kurang lebih sudah 60 persen yang sudah kami salurkan,” tutupnya. (dna/ade/feb/run)