METROPOLITAN - Kualitas udara DKI Jakarta terburuk nomor 15 di dunia menggugah peneliti IPB ikut memantau kondisi udara di Bogor. Direktur Research PI AREA Consulting, Assosiate Partner/Researcher Pusat Studi Bencana IPB Srimani mengatakan, berdasarkan data AirVisual, pada 5 Juli-5 Agustus, wilayah Bogor berada pada kategori good-moderate, dalam artian kualitas udaranya masih bisa diterima. ”Melihat datanya yang dinamis, bisa kita lihat di AirVisual, dari pagi sampai malam ada tiga kecenderungan, yakni hijau, kuning dan oranye. Untuk kualitas udara Kabupaten Bogor butuh langkah preventif untuk tetap menjaga kualitas udara yang selalu baik,” katanya.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor harus mengambil langkah tepat agar kualitas udara yang masih dalam fase bisa diterima manusia ini bisa dijaga. Mengingat bahwa Kabupaten Bogor masih memiliki beberapa hutan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
”Pemerintah harus mulai melakukan pemantauan kualitas udara secara intensif di Kabupaten Bogor, terutama di wilayah-wilayah padat transportasi dan pusat industri. Selain itu pengendalian pencemar dari sumber titik (industri, red) juga harus dipantau. Misalkan pengembangan industri ramah lingkungan (bahan bakar dan proses pembakaran, red),” terangnya.
Ia juga menyinggung pabrik-pabrik yang belum memenuhi standar pembuatan cerobong asap untuk pembuangan polusi dan wilayah penduduk yang masih berada di kawasan industri. Pengembangan transportasi massal yang ramah lingkungan serta transportasi yang nyaman juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk menjaga kualitas udara di Bumi Tegar Beriman. ”Sosialisasi gerakan jalan kaki untuk jarak dekat dengan didukung fasilitas yang memadai (pedestrian, trotorar) juga harus terus digalakkan pemkab,” tandasnya. (cr2/b/els/run)