Minggu, 21 Desember 2025

Pemalsuan 'SIM' Operator Alat Berat, Keuntungan Dibagi 3

- Rabu, 11 September 2019 | 18:14 WIB

METROPOLITAN.id - Praktik pembuatan surat izin operator (SIO) palsu marak ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok. Seorang operator idealnya mengantongi SIO yang menjadi SIMnya para operator alat berat ini dari Kementrian Ketenagakerjaan. Namun, mereka memilih jalan pintas dengan membeli SIO palsu. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pengungkapan kasus terbaru dari tiga tersangka BS, EEL dan AR, ditemukan ratusan SIO yang telah dibuat. Mereka membanderol SIO dengan harga R 500 ribu. Dengan uang tersebut, operator bisa mengantongi surat yang menyatakan seseorang cakap untuk mengoperasikan alat berat. Aksi pemalsuan itu nyatanya mendatangkan untung. Mereka bertiga membagi hasil dari pemalsusn tersebut. "BS dapat Rp 200 ribu, AR Rp 200 dan ELL 100 ribu,"ujar Argo di Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (11/9). Diketahu, BS juga bekerja sebagai operator itu menawarkan SIO kepada teman-temannya. AR berperan menyuplai blanko SIO kepada EEL yang bertugas mencatat data yang diberikan oleh BS. Praktik itu dikatakan Argo sudah berjalan selama 6 bulan. Aksi itu pun telah menerbitkan 130 SIO palsu. "Sertifikasi alat berat itu keterampilan, dan ada resiko. Baik diri sendiri dan orang lain. Orsng lain disini siapa, ya pekerja disitu. Kalau sudah menguasai artinya sudah berkompeten, tapi kalau engga, ya bisa membahayakan orang lain," ujarnya. Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok AKP David Kanitero mengaku akan memeriksa pemegang 130 SIO palsu yang sudah beredar "Tentunya kita pasti akan lakukan pemeriksaan lebih dalam lagi kepada pelaku dan kepada siapa-siapa saja, perusahaan mana saja. Tapi SIO ini kan perorangan, bukan perusahaan jadi mungkin akan kita cek nama-namanya itu kemudian kita cek ke perusahaan mana juga," ungkap David. Menurutnya, pemegang SIO palsu akan mengancam keselamatan pekerja sekitar alat berat. Terlebih, operator tidak kompeten di bidang alat berat tadi. "Total 130, semua di pelabuhan di Tanjung Priok, itu cukup banyak dan menimbulkan ancaman keselamatan kerja karena mereka beroperasi tidak punya kompeten di bidangnya," pungkasnya. (ktr/fin)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X