METROPOLITAN - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengawal Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyambangi lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, Minggu (15/9).
Rombongan para jenderal ini terbang menggunakan helikopter TNI AU selama 25 menit dari Lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru, menuju lapangan bola desa Kerumutan, Kabupaten Pelalawan.
Di sana, mereka meninjau karhutla di dekat pompa minyak Pertamina di Blok Eka Kuning.
Sepanjang perjalanan, kendaraan rombongan melintasi jalan terjal berupa tanah di antara belantara perkebunan kelapa sawit.
Sebelum tiba di Blok Eka Kuning, mereka menyaksikan bekas lahan dan hutan yang terbakar. Bahkan masih teramati adanya asap dari kebakaran tersebut.
Sesampainya di titik lokasi pemadaman, Panglima Hadi langsung mengambil komando untuk menggerakkan pasukan dan melakukan analisa dan evaluasi (anev), terkait kendala dan kebutuhan pemadaman yang dilakukan melalui darat.
Pada kesempatan itu, Marsekal Hadi mendapat laporan bahwa perlu adanya alat berat untuk membuka dan memperluas parit. Selain itu pompa air berikut selangnya juga harus ditambah sehingga dapat menjangkau titik api. "Kami akan kirim eskavator untuk memperlebar parit. Kemudian juga pompa air beserta selangnya," kata Hadi.
Kemudian sebagai alat pantau siaga karhutla, TNI juga akan mengirimkan drone yang akan terbang selama 24 jam siang dan malam.
Hal itu penting karena menurut Hadi, terdapat perbedaan data pada saat dan sesudah matahari terbenam.
"Drone ini akan diterbangkan 24 jam penuh untuk memantau. Api ini harus terus diamati karena siang dan malam beda. Kadang api padam saat siang, lalu malamnya menyala lagi," jelas mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara ini.
Sementara itu, Kapolri Jendetal Tito Karnavian mengaku heran setelah melihat sendiri karhutla yang ada di Provinsi Riau dari helikopter.
Pasalnya, dari sekian ribu hektare luas lahan yang terbakar tidak satupun yang mencakup lahan perkebunan sawit dan tanaman industri lainnya.
Tito menganggap bahwa hal itu sekaligus menunjukkan masalah karhutla ini murni karena ulah manusia dan pelakunya adalah oknum yang sama.
"Apa yang sudah kami lihat dari helikopter bersama panglima TNI dan kepala BNPB, lahan yang sudah jadi perkebunan, baik sawit maupun tanaman industri lainnya, kok tidak ada yang terbakar. Misal pun ada paling hanya sedikit dan di pinggir. Ini menunjukkan adanya praktek 'land clearing' dengan mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau," tutur Tito.