Senin, 22 Desember 2025

Pemkab Bogor Lawan Kemacetan Puncak

- Senin, 7 Oktober 2019 | 09:48 WIB
LUSTRASI: Kemacetan jalur Puncak Bogor sat akhir pekan. Pemkab Bogor menginisiasi ger-akan Save Puncak untuk mengatasi macet.
LUSTRASI: Kemacetan jalur Puncak Bogor sat akhir pekan. Pemkab Bogor menginisiasi ger-akan Save Puncak untuk mengatasi macet.

METROPOLITAN - Kema-cetan di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, sudah men-jadi hal lumrah. Terlebih saat akhir pekan tiba. Jumlah ken-daraan yang masuk kawasan wisata berhawa sejuk itu bisa mencapai 19 ribu kendaraan saat akhir pekan. Saat ini, Pe-merintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tengah berjibaku me-lawan kemacetan tersebut untuk mengembalikan ka-wasan Puncak sebagai desti-nasi wisata nasional. Gara-gara macet, kawasan Puncak Bogor juga dikabar-kan dicoret dari daftar desti-nasi wisata nasional. Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, kawasan Puncak memiliki potensi wisata yang luar bi-asa. Namun karena lalu lintas yang kerap macet, kawasan tersebut tak lagi dijadikan sebagai destinasi wisata na-sional. ”Puncak ini sudah dicoret dari destinasi wisata nasional karena macet, jadi kami ingin kembalikan itu,” tegas Ade. Melawan kemacetan akut tersebut, dirinya membentuk program Save Puncak. Pro-gram ini diklaim sebagai upaya serius Pemkab Bogor karena terbagi menjadi tiga tahapan, mulai dari penanganan jang-ka pendek, menengah dan panjang. “Saya bersama ke-pala BPTJ, kapolres Bogor dan tokoh masyarakat bertemu dan sepakat untuk menjalan-kan program-program penye-lesaian yang diberi nama Save Puncak,” ungkapnya. Untuk penanganan kema-cetan jangka pendek, dimulai dari pemberlakuan sistem kanalisasi 2-1 pada 27 Oktober mendatang. Sistem ini bakal menggantikan sistem one way atau satu arah yang sudah digunakan sejak 32 tahun lalu.Sistem 2-1 adalah pember-lakuan dua lajur untuk arah Gadog menuju Taman Safari dan satu lajur dari arah seba-liknya. Dengan sistem ini, arus kendaraan naik dan turun terus berlaku sepanjang akhir pekan. ”Setiap Sabtu-Minggu, warga Puncak kesulitan ber-aktivitas, susah silaturahim. Jadi dengan sistem 2-1, ma-syarakat juga dapat keluar-masuk,” terang Ade Yasin. Kerangka jangka pendek lainnya yaitu penyediaan pro-gram wisata ke Puncak dengan angkutan umum massal dari Jakarta ke berbagai tempat wisata di Puncak. Selanjutnya ada penyediaan shuttle ser-vice dan Park & Ride menuju jalur Puncak, sosialisasi jalur alternatif (jelang exit Cibubur, red), percepatan pelaksanaan pelebaran jalan dari Gadog-Puncak dan percepatan pembangunan rest area di Gunung Mas. Untuk penanganan jangka menengah, akan disediakan jalur alternatif melalui Sentul dan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Sementara untuk penanga-nan jangka panjang, akan mengacu pada Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) tentang kebijakan peng-embangan Sistem Transpor-tasi Perkotaan Berbasis Rel. Salah satu strateginya melalui pembangunan moda trans-portasi massal ke kawasan Puncak berupa kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) ke Puncak. Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabo-detabek (BPTJ) Bambang Prihartono menyebut sistem kanalisasi 2:1 yang bakal se-gera diterapkan merupakan sistem Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL). Sistem ini dinilai memberi kelelua-saan bagi mobilitas warga sekitar. Terkait kemungkinan keber-hasilan sistem tersebut, Bambang mengaku akan ber-gantung dari disiplin dan partisipasi semua pihak. Sebab, konsep baru ini sudah mela-lui kajian di lapangan dan simulasi. ”Selain itu, komunikasi dan koordinasi secara intens juga harus terus dilakukan dengan semua stakeholder,” tandas Bambang.(cr2/b/fin/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X