Para alumni 313 adalah penamaan dari penulis bagi para sahabat nabi yang mengikuti perang Badar. Istilah 313 adalah jumlah pasukan muslim yang ikut perang yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi. Di antara para alumni 313 yaitu, Nu’aiman dan Suwaibith (moga Allah meridhoi keduanya). Sahabat Nu’aiman terkenal sulit untuk serius, selengean dan suka humor. Tak tangung-tanggung, Nu’aiman tak jarang bergurau dan mencandai Nabi Muhammad SAW hingga membuatnya tertawa. Ada kisah lucu yang saya ketahui dari beberapa literasi, terkait kisah kedua sahabat Nabi ini. Di antaranya cerita ketika Nu’aiman bercanda ngerjain sahabat Nabi lainnya yang bernama Suwaibith bin Harmalah. Peristiwa lucu ini terjadi setahun sebelum wafatnya Baginda SAW. Suatu ketika, kedua sahabat ini pergi mengikuti Sayidina Abu Bakar AsSiddiq berniaga di Busra. Ketika itu, Suwaibith diserahi tanggung jawab membawa perbekalan makanan. Lalu di suatu tempat, Nu’aiman meminta jatah makanan kepada Suwaibith. Suwaibith yang amanah menjalankan tugasnya memberitahu Nu’aiman bahwa dia akan mengeluarkan perbekalan tersebut ketika Sayidina Abu Bakar telah tiba di tempat mereka. Nu’aiman jengkel dengan jawaban Suwaibith. Ia berkata; “Sungguh aku akan membuat engkau marah!” Ketika itu tibalah sekelompok kafilah di sekitar mereka. Nu’aiman mengambil kesempatan dengan bertanya kepada mereka, “Apakah kalian mau membeli budak saya yang tangkas dan pandai bicara?” Kafilah tersebut setuju untuk membeli budak dari Nu’aiman seharga 10 unta. Nu’aiman berpesan bahwa budaknya itu akan berkata “Saya orang merdeka (bukan hamba sahaya)”. Apabila dia berkata demikian, acuhkan saja dan jangan dengarkan omongannya. Lantas mereka pun mendatangi Suwaibith dan berkata; “Kami telah membelimu!” Suwaibith berkata; “Dia itu pembohong, saya adalah seorang lelaki yang merdeka”. Mereka berkata; “Dia telah mengabarkan kepada kami bahwa kamu akan bilang begitu.” Mereka pun mengikatkan tali di leher Suwaibith dan membawanya pergi. Ketika Sayidina Abu Bakar datang dan ia diberi tahu kejadian tersebut, lantas ia dan para sahabatnya pergi menemui Kafilah. Di sana, ia menjelaskan kondisi yang sebenarnya lantas mengembalikan 10 unta untuk mengambil kembali Suwaibith. Ketika cerita ini disampaikan kepada Nabi SAW, alih-alih marah kepada sahabat Nu’aiman, baginda Rasul malah tertawa karena kelucuan peristiwa tersebut. Kisah ini dijumpai di banyak kitab. Antara lain Musnad Ahmad, Sunan Ibn Majah dan banyak kitab lainnya. Kisah ini bisa menjadi semangat para santri non pesantren alias nggak nyantri, tapi mengabdi untuk Nahdatul Ulama (NU). Jangan berkecil hati dengan dangkalnya ilmu, suka bercanda dan gaya selengean. Cukup dengan kita terus semangat mengaji dan memperdalam cinta dan pengabdian kita pada organisasi NU menandakan kita mencintai Nabi Muhammad SAW. Penulis Eka Wibowo, Mantan Ketua Cabang PMII Kota Bogor