Senin, 22 Desember 2025

Sri Mulyani Berharap Lalu Kecewa Atas Ketidakpastian Ekonomi Global

- Jumat, 6 Desember 2019 | 05:00 WIB

METROPOLITAN - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, ketidakpastian ekonomi global membuat setiap pemangku kepentingan di seluruh dunia meningkatkan kewaspadaan. Hal ini untuk mengantisipasi perekonomian di negaranya tak terimbas dalam dari transmisi pelemahan ekonomi global. "Tahun 2019 masih dihadapkan pada berbagai ketidakpastian, mungkin ceritanya sama tapi pemicunya selalu berbeda. Lingkungan di mana kita berada dan beroperasi dari sisi ekonomi memang enggak pasti," kata dia ditemui di Hotel Westin, Jakarta, Pada Hari Rabu (4/11/2019) malam. Ketidakpastian itu terlihat dari bertele-telenya kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk mengakhiri perang dagang. Akhir November sempat timbul kembali harapan kedua petinggi negara tersebut melakukan pertemuan untuk segera mencapai kesepakatan dagang, namun berakhir gagal. Kondisi malah memanas dengan masuknya AS dalam persoalan geopolitik antara Hong Kong dan China. Presiden AS Donald Trump telah menandatangani Rancangan Undang-Undang Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Hong Kong. Langkah itu membuat geram China yang merasa AS terlalu mengintervensi Hong Kong. Pada akhirnya, wacana terbaru dilontarkan Trump dengan menyebut bisa menunda kesepakatan dagang dengan China hingga Pemilihan Presiden AS pada 2020 usai. "Jadi kemarin kita sudah berharap akan ada deal antara AS dan China, tapi tiba-tiba ada perkembangan baru yang membuat memungkinkan kesepakatan kedua negara setelah pemilu 2020. Jadi artinya tiap hari kita diperhadapkan berharap lalu kecewa, berharap lalu kecewa," ungkap dia. Bendahara Umum Negara tersebut menambahkan, bukan hanya persoalan antara AS-China dan Hong Kong yang membuat ketidakpastian, tapi juga datang dari kondisi politik di Inggris yang masih berkutat dengan Brexit. Belum lagi dari permasalahan geopolitik di berbagai belahan dunia lainnya. Hal itu semua membuat perekonomian global pun terpukul ke bawah. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 3%, jauh dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 3,6%. Dia bilang, dalam perhitungan IMF angka tersebut menunjukkan ekonomi global mengalami resesi. Oleh sebab itu, Sri Mulyani menyatakan, pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen fiskal untuk mengatasi dampak ketidakpastian dan pelemahan ekonomi global ke perekonomian domestik. Mengingat dunia usaha sangat memerlukan kepastian guna mengkalkulasikan bisnisnya kedepan, yang pada akhirnya akan menggerakkan ekonomi dalam negeri. "Maka kami harus menggunakan instrumen baik dari penerimaan, perpajakan dan non pajak, belanja, dan pembiayaan negara. Semuanya untuk menetralisir pelemahan dari transmisi global ke dalam negeri," katanya. (dni)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X