METROPOLITAN - Indonesia memang mulai berbenah dalam memajukan sektor infrastruktur termasuk dalam menunjang kebutuhan masyarakat melalui moda transportasi modern, cepat dan futuristik. Namun untuk memperoleh animo tinggi dari masyarakat ternyata tidak mudah, diperlukan trik khusus dalam mendapatkan 'ruang' di hati masyarakat. Bersaing ketat dengan moda transportasi kekinian lainnya, Light Rail Transit (LRT) Jakarta yang memiliki rute Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun itu tampaknya masih memerlukan promosi keras untuk bisa menggaet para riders, sebutan bagi para penumpang LRT.
"Sementara kalau untuk ke empat stasiun yang sepi itu, karena memang area tersebut jauh daripada perumahan pastinya, kira-kira seperti itu," kata Arnold.
Ia menilai ojek online lebih mendominasi di empat stasiun tersebut karena faktor lokasi yang ceneerung berada di pusat bisnis.
Masyarakat tentunya akan lebih memilih transportasi satu ini karena bisa mengantar langsung ke tujuan tanpa perlu melanjutkan dengan moda transportasi lain.
"Karena di daerah tersebut kebanyakan kan pertokoan, dan ada juga sebagian ruko-ruko. Dan kebanyakan kalau di ruko-ruko itu berkendaraan motor, (dilintasi) roda dua," tegas Arnold.
Jarak yang ditempuh untuk LRT Jakarta rute Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun pun hanya kurang dari 6 km, sehingga Arnold menilai hal ini menjadi faktor lain yang mendorong masyarakat lebih memilih ojek online.
"Sementara kan kalau kita lihat jarak kita itu masih tanggung ya 5,8 km. Kita sedikit banyak terpengaruh juga dengan adanya ojol itu," tutur Arnold.
Ia pun menganggap persaingan dengan ojol itu sebagai suatu tantangan agar kedepannya LRT Jakarta mampu memanfaatkan secara optimal keterbatasan jarak rute tersebut.
"Secara tidak langsung, kalau kemarin kan gratis. Mereka berpikirnya lebih praktis ya, itu memang kita terima sebagai suatu tantangan bahwa bagaimana kita bisa mengelola dengan baik (jarak LRT) 5,8 km itu," papar Arnold