METROPOLITAN.id - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) merilis laporan pemeriksaan gerakan tanah atau longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Hasilnya, longsor disebut karena interaksi kondisi geologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Longsor yang terjadi di Kabupaten Bogor terjadi serentak pada 1 Januari 2020. Sejak dini hari, hujan deras memang mengguyur wilayah Kabupaten Bogor. Pagi harinya, longsor dan banjir terjadi di berbagai titik, tak terkecuali di wilayah Kecamatan Sukajaya dan sekitarnya. Laporan PVMBG merupakan pemeriksaan di beberapa lokasi. Di antaranya Jalur jalan Cigudeg – Sukajaya. Desa Harkat Jaya yang meliputi Jalur Jalan Harkat Jaya – Urug dan Kampung Sinar Harapan, jalur Jalan Sukajaya – Pasir Madang yang meliputi wilayah Desa Sukajaya, Sipayung, Jayaraharja, Sukamulih, Pasir Madang dan Desa Pasir Madang. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Bogor, lokasi gerakan tanah di Kecamatan Sukajaya termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah–tinggi. "Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," kata Kepala PVMBG, Kasbani, dalam rilis yang diterima pada Kamis, (16/1). Dalam laporan, disebutkan secara umum longsor di Kabupaten Bogor terjadi karena interaksi kondisi geologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Pertama, tanah pelapukan yang bersifat sarang dan mudah meloloskan air. Longsoran terjadi pada Batuan Gunungapi Endut (Qpv), tuf dan breksi terdiri dari tuf batuapung, breksi tufan, batupasir tuf, lempung tufan dan batupasir berlapis silang(Tmtb), batuan gunungapi yang tak terpisahkan terdiri dari breksi dan aliran lava (Qvu), Tuf batuapung pasiran (Qvst). Kedua, bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan batuan yang lebih segar sebagai bidang gelincir. Ketiga, kelerengan yang curam bahkan beberapa tempat hampir tegak. Keempat, di beberapa tempat terlihat kontak endapan gunungapi dengan batulempung (formasi Bojongmanik) dengan bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan ke arah sungai. Longsor di Harkat Jaya, Sipayung, Jayaraharja, Sukamulih, Pasirmadang masuk ke dalam DAS Sungai Cidurian sehingga dampaknya banjir membawa material longsor dan batu di sepanjang Sungai Cidurian dan melanda pemukiman di kanan kiri Sungai Cidurian. Kelima, curah hujan 301.6 milimeter dalam satu hari sebagai pemicu. Sebelumnya, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat pada PVMBG, Sumaryono menyebut penyebab bencana di Kabupaten Bogor, khususnya di wilayah Barat terjadi karena wilayahnya memang rawan longsor. Kondisi ini diperparah dengan curah hujan ekstrim saat pergantian tahun. Hasil rapat dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Sukajaya dan sekitarnya saat pergantian tahun mencapai 301,6 milimeter. Padahal, curah hujan tersebut merupakan curah hujan dalam waktu satu bulan. "Saat bencana itu curah hujan di Sukajaya 301,6 milimeter dalam satu hari. Padahal itu curah hujan dalam satu bulan. Artinya curah hujan satu bulan diturunkan dalam satu hari itu," terang Sumaryono saat ditemui di Posko Utama Sukajaya, belum lama ini. Menurutnya, curah hujan tersebut tergolong sangat ekstrim. Akibatnya, longsor terjadi bukan hanya di wilayah yang bukan hutan, di perhutanan juga terjadi longsor. "Kalau kita lihat yang bukan hutan dan hutan sekalipun juga longsor, berarti ada cuaca eksrim. Di Bogor sendiri ini yang terbesar," tandssnya. (fin)