METROPOLITAN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tak setuju dengan pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia. Namun, hal itu masih perlu dibahas dalam rapat terbatas. "Kalau bertanya pada saya, ini belum ratas lo ya, kalau bertanya pada saya, saya akan bilang 'tidak'. Tapi masih dirataskan. Kita ini pastikan harus semuanya lewat perhitungan kalkulasi plus minusnya semuanya dihitung secara detail dan keputusan itu pasti kita ambil di dalam ratas setelah mendengarkan dari kementerian-kementerian dalam menyampaikan. Hitung-hitungannya," kata Jokowi di Istana Negara, kemarin. Jokowi mengatakan wacana pemulangan WNI eks ISIS harus dipertimbangkan secara jelas. Keuntungan dan kelebihannya harus dikalkulasi dengan matang. "Sampai saat ini masih dalam proses pembahasan, dan nanti sebentar lagi kita akan putuskan kalau sudah dirataskan. semuanya masih dalam proses, plus dan minusnya," kata Jokowi. Pernyataan senada sebelumnya disampaikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM (Menko Polhukam) Mahfud Md. Mahfud mengatakan pemerintah membentuk tim untuk mengkaji positif-negatifnya pemulangan itu. "Belum ada yang dipulangkan dan masih dianalisis baik-buruknya apakah akan dipulangkan atau tidak. Tapi sampai detik ini belum ada keputusan dipulangkan," kata Mahfud. Mahfud menyampaikan tim tersebut dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius. Tim dibentuk untuk menentukan kepastian akan dipulangkan atau tidak. Sebelumnya, Kemenko Polhukam sudah memutuskan dua hal. Pertamau akan dipulangkan, kedua tidak akan dipulangkan. “Kalau (keputusan) dipulangkan tentu saja karena mereka warga negara, sedangkan jika tidak dipulangkan karena mereka melanggar hukum dan haknya itu bisa dicabut," ujar Mahfud. Data yang tercatat sampai saat ini sekitar 660 orang. Mereka tersebar di beberapa negara seperti Afghanistan, Turki, Suriah, dan sebagainya. "Sekitar 660 orang yang ada nama dan alamatnya dan dianggap orang Indonesia. Ada yang punya catatan sampai 1.100 tapi itu kiraan-kiraan karena hanya pernah ketemu dan bahasanya sama tapi identitasnya tidak dikenal," ujar Mahfud. (dtk/cnb/els)