METROPOLITAN- Membesarkan anak laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki tantangan tersendiri. Ada beberapa hal yang tak diduga oleh orang tua baru saat membesarkan bayi laki-laki. Salah satunya mengenali kemampuan bicara pada bayi laki-laki yang ternyata tidak lebih cepat dari bayi perempuan. Hal ini dinyatakan oleh penelitian yang dilakukan Northwestern University. Akan tetapi ini normal, untuk itu Bunda sebisa mungkin mengajak si kecil berbicara sesering mungkin. Fakta lainnya, bayi laki-laki tak menunjukkan empati sebesar bayi perempuan. Anak laki-laki secara konsisten menunjukkan kurang dari kemampuan untuk mengenali emosi dan berempati dengan orang lain daripada anak perempuan. "Perbedaan-perbedaan ini mulai pada usia muda dan hanya melebar ketika bayi tumbuh," demikian menurut sebuah ulasan yang diterbitkan di jurnal Scientific American. Untuk itu, dari dua fakta tadi salah satu kunci penting untuk mendidik anak laki-laki adalah komunikasi. Latih lah anak Bunda dengan keterampilan komunikasi. Ya, keterampilan komunikasi penting bagi setiap anak laki-laki untuk menjadi sukses di masa depan mereka. Untuk memulainya, kita bisa berkomunikasi dengan si kecil dengan cara yang sederhana. Bunda bisa tersenyum, memuji, mengajukan pertanyaan, dan merespons secara positif. Pola komunikasi verbal dan non-verbal ini adalah keterampilan yang hebat untuk mengajar anak-anak. Selain komunikasi yang baik, jangan lupa ajari anak pendidikan seks sejak bayi. Fakta menunjukkan, bayi laki-laki menemukan bahwa menyentuh penis mereka itu terasa enak. Mereka yang suka memegang penis membuat mereka merasa aman. Tentu hal tersebut bikin kita, orang tua bingung. Beritahukan ke anak bahwa yang mereka pegang itu alat kelamin mereka, walaupun belum bisa bicara. Satu lagi, jangan menyebut penis dengan panggilan lain seperti titit, burung. Sebut saja dengan nama ilmiahnya, penis. Kenapa? Psikolog dari Mayapada Hospital, Adisti F. Soegoto, MPsi, menyarankan saat mengenalkan alat kelamin ke anak, lebih baik dengan kata yang sebenarnya. Tujuannya, agar tidak timbul kebingungan pada anak. "Misal nih, beberapa orang tua menyebut penis dengan 'burung'. Saat kakeknya pelihara burung maka anak beranggapan kakeknya pelihara penis, jadi ambigu kan? Burung itu hewan atau alat kelamin? Jadi, untuk mencegah kebingungan tersebut lebih baik sebut alat kelamin dengan kata sebenarnya," papar psikolog yang akrab disapa Adis ini saat ngobrol dengan HaiBunda. Adis menambahkan, saat mengenalkan alat kelamin ke anak pun biasa saja, Bun. Nggak perlu takut-takut, ngomong pelan dan bisik-bisik atau omongannya harus disensor. "Ya, layaknya kita sebutin anggota tubuh lainnya aja, santai aja nyebutnya ke anak. Penis sebut penis, vagina sebut vagina dan seterusnya. Sehingga anak terbiasa menyebut anggota tubuhnya dengan semestinya," tutur Adis. Diharapkan, dengan begini anak menghormati anggota tubuhnya yang lain. Kemudian, anak tidak bercanda dalam menyebut alat kelamin. Toh, itu adalah bagian tubuh kita kan, Bun? "Jadi bisa kita sampaikan ke anak, 'Alat kelamin kamu adalah bagian tubuh yang sama pentingnya dengan anggota tubuh kamu yang lain jadi kita harus menghargainya'" tambah Adis. (hai/feb)