Senin, 22 Desember 2025

Kesehatan Mental Wajib Dijaga

- Kamis, 26 Maret 2020 | 11:51 WIB

METROPOLITAN - Virus corona telah memicu ketidak­pastian di penjuru dunia. Pemberitaan mengenai wabah ini rasanya tak kunjung me­reda. Semua ini rupanya da­pat memengaruhi kesehatan mental, terutama bagi me­reka yang sudah memiliki masalah mental bawaan se­perti gangguan kecemasan atau gangguan obsesif kom­pulsif (OCD). Saat Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis tips menjaga kesehatan mental di tengah wabah virus corona, banyak orang yang memuji di media sosial. Seperti yang dijelaskan Nicky Lidbetter dari lembaga amal Anxiety UK, kecemasan karena ketidakberdayaan dan kegagalan untuk menole­ransi ketidakpastian meru­pakan ciri-ciri khas pada banyak kasus gangguan ke­cemasan. Jadi bisa dipahami jika ba­nyak individu yang sudah memiliki gangguan kecema­san akan merasa makin ter­tekan di masa seperti ini. ”Kebanyakan kecemasan muncul karena rasa khawatir akan sesuatu yang belum mewujud dan menunggu se­suatu terjadi. Virus corona menimbulkan kecemasan seperti itu tapi di skala besar,” kata Rosie Weatherley, juru bicara untuk lembaga amal yang bergerak di kesehatan mental di Inggris, Mind. Batasi Bacaan Banyak membaca tentang wabah virus corona bisa me­nimbulkan serangan kece­masan bagi Nick, ayah dua anak dari Inggris, yang mengidap gangguan kecema­san. ”Saat saya merasa cemas, pikiran saya bisa liar dan saya mulai memikirkan kemun­gkinan terburuk,” katanya. Nick mengkhawatirkan orang tuanya dan orang-orang tua yang ia kenal. ”Biasanya saat saya sedang diserang kece­masan, saya memilih meny­elamatkan diri dari situasi tersebut. Ini sudah di luar kendali saya,” katanya. Puasa membaca berita dan meng­gunakan media sosial mem­bantunya mengelola kecema­san. Ia juga merasa bala ban­tuan dari berbagai lembaga amal sangat berguna. Istirahat dari Medsos Alison (24) dari Manchester, Inggris, memiliki gangguan kecemasan dan merasa harus terus memantau per­kembangan - di saat yang sama, ia sadar media sosial dan pemberitaan dapat me­micu masalah mental. ”Se­bulan lalu saya menelusuri tagar dan membaca segala konspirasi yang tidak terve­rifikasi dan itu semua mem­buat saya merasa cemas dan tidak berdaya. Saya menangis,” katanya. Sekarang ia lebih berhati-hati saat mengikuti suatu akun dan menghindari tagar virus corona. Ia juga berupaya ke­ras untuk berpuasa meng­gunakan media sosial, me­nonton TV dan memilih membaca buku. (bc/feb/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X