METROPOLITAN.id - Di masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) putar otak demi menggenjot geliat wisata di Kota Bogor. Apalagi dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK), berbagai kelonggaran di sektor ekonomi dan wisata seharusnya bisa dimaksimalkan tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Tren wisata alam belakangan naik daun di masa pandemi. Sebab dianggap minim resiko, karena orang-orang berkegiatan tidak di dalam ruangan. Potensi itu yang tengah dilirik untuk dimaksimalkan oleh Kota Bogor. "Beberapa sektor kita fokus, tapi memang destinasi alam sedang digarap di akhir tahun ini. Kurang lebih ada tiga lokasi lah. Kita munculkan yang memang mengikuti tren pasar, karena di masa pandemi ini, kecenderungan jumlah wisatawan naik ke nuansa-nuansa alam," kata Kepala Disparbud Kota Bogor Atep Budiman saat ditemui Metropolitan.id di kantornya, Senin (2/11). Sebab, sambung dia, orang-orang kini cenderung mencari wisata alam untuk bersepeda, lari atau sekedar menikmati alam. Sedangkan di dalam ruangan dianggap cenderung lebih beresiko lantaran sirkulasi udara yang terbatas. Mantan camat Bogor Selatan itu mengakui, destinasi wisata alam yang bisa digarap di Kota Bogor juga tidak terlalu banyak. Tidak seperti misalnya 'tetangga sebelah' Kabupaten Bogor, yang punya beragam destinasi wisata alam. "Tiga itu diantaranya di Mulyaharja, Bogor Selatan, di Katulampa, Bogor Timur dan di Babakanpasar, Bogor Tengah. Memang yang mau dikonsep wisata alam, plus nuansa pertanian, misalnya, di Mulyaharja. Kota Bogor masih ada lah, meski nggak sebanyak kabupaten (Bogor) misalnya," ungkap Atep. Ia berharap hingga akhir tahun, tiga destinasi wisata alam itu bisa dikonsep dengan baik dan bisa 'dijual' untuk mendatangkan wisatawan. Tidak hanya lokal Bogor, tapi juga luar Bogor. "Mudah-mudahan bisa kita promosikan hingga akhir tahun. Kita 'jual'. Ini untuk mengisi peluang di masa pandemi," paparnya. Meski begitu, Atep mengaku masih punya Pekerjaan Rumah (PR) besar dalam mengembangkan wisata di Kota Bogor. Salah satunya persoalan kemasan atau packaging, sehingga promosi wisata yang kurang maksimal. Padahal, banyak potensi yang tersebar di Kota Bogor. "Kalau wisata yang lain di Kota Bogor, kita itu masih masalah di packaging promosi wisatanya yang belum maksimal. Masih banyak yang nanya kita punya apa, padahal kan banyak. Kuliner misalnya, nggak hanya di Suryakencana. Beberapa menyebar di kota," ujarnya. "Itu butuh kesiapan data dan kesiapan pelaku usaha, untuk menerima kunjungan dari luar. Kita kan harus jaga kesan dan image, supaya ada repeat order. Artinya, wisatawan itu balik lagi dan nggak sekali saja," bebernya. Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah menuturkan, kedepannya Disparbud memang harus bisa berinovasi dan pandai memasarkan. Selain itu, bisa memaksimalkan potensi wisata yang tengah tren, hingga memunculkan destinasi wisata baru. "Lalu, ada upaya mencoba gagas Science City. Selama ini kan kita tahunya Kota Bogor sebagai kota pelari, hingga kuliner. Sudah banyak. Nah padahal kita punya IPB. Mereka melihat itu, bisa wujudkan Science City. Belum lagi ada Kebun Raya Bogor. Ini yang kita godok juga," tuntasnya. (ryn)