Senin, 22 Desember 2025

Buntut Jenazah Korona Nyaris Tertukar, RSUD Kota Bogor Akui Jenazah di Ruang Forensik Bukan Milik Keluarga DF

- Senin, 4 Januari 2021 | 18:02 WIB
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)
RSUD Kota Bogor. (FOTO : Varel-Magang/Metropolitan)

METROPOLITAN.id - Terkait beredarnya video yang menunjukkan DF, warga asal Leuwiliang, Kabupaten Bogor yang mengeluhkan jenazah ibunya yang sempat tertukar saat berada di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, membuat pihak RSUD Kota Bogor angkat bicara. Kasubag Hukum dan Humas RSUD Kota Bogor Taufik Rahmat menceritakan kronologi kejadian tersebut. Sekitar pukul 08:00 WIB pada 30 Desember 2020, Taufik mendapatkan info dari ajudan Direktur Utama RSUD Kota Bogor terdapat keluarga pasien yang meminta penjelasan perihal keberadaan jenazah. Taufik pun langsung menghampiri keluarga tersebut dibagian belakang RSUD Kota Bogor dan langsung bertemu lima orang anggota keluarga asal Leuwiliang, Kabupaten Bogor tersebut. Keluhan keluarga tersebut terkait pengambilan jenazah pasien Covid-19 dan Taufik pun membawa pihak keluarga ke ruang forensik, untuk mengecek jenazah pasien berinisial W (44). "Lalu saya sempat sampaikan edukasi juga hal yang mereka sampaikan. Dan pada saat itu sudah clear lah sudah selesai, keluarga sudah menerima penjelasan saya," kata Taufik, Senin (4/1). Namun, saat hendak kembali ke ruangannya, Taufik ternyata dikejar-kejar oleh keluarga korban sambil berteriak kalau jenazah yang ada di ruang forensik bukan anggota keluarganya. Taufik pun langsung kembali ke ruang forensik dan menemui petugas untuk memastikan jenazah W. "Jadi, saya baru tahu ternyata hari itu ada beberapa pasien yang meninggal bukan satu orang pasien covid yang sedang dibantu prosesnya. Lalu setelah itu dalam kondiai keluarga kecewa, marah dengan pelayanan di RSUD. Saya lalu mendampingi keluarga pasien untuk mengecek langsung jeanzah almarhum di ruang Batutulis (ruang isolasi) dan itu ada disana," sambungnya. Mendapati jenazah yang masih ada di ruang isolasi, petugas pun langsung mengurus jenazah sesuai protokol Covid-19 dan diangkut ke Leuwiliang agar segera dikebumikan dengan menggunakan ambulance dan didampingi oleh satu orang dari bagian pemulasaraan jenazah. "Lalu sekitar 20 menit, saya juga menyusul ke sana. Ke leuwiliang sebagai bentuk tanggung jawab moril. Kemudian saya juga menyampaikan permohonan maaf dan belasungakwa atas kejadian itu dan pada saat pertemuan , pihak keluarga, terutama suaminya memang sudah bisa menerima dan menyampaikan mudah mudahan kejadian ini tidak terulang pada orang lain," ungkap Taufik. Terkait dengan mekanisme penanganan jenazah di RSUD, Taufik menjelaskan kalau ada jenazah yang meninggal di malam hari, memang tidak bisa langsung diantarkan. Terlebih jenazah tersebut merupakan warga Kabupaten Bogor. "Jadi penjelasannya begini. Mekanismenya di RSUD itu, kalau pasien meninggalnya tengah malam, kira-kira jam 12 lebih. Dengan pertimbangan kalau tengah malam itu petugas pemakaman yang ada di TPU yang sudah ditentukan sudah tidak ada. Makanya jenazah diamankan dulu di RSUD untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," jelas Taufik. Masih kata Taufik, keluarga pasien yang berasal dari Leuwiliang memang lokasinya jauh sekali. Serta cuacanya tidak memungkinkan kalau jenasah langsung dibawa ke Leuwiliang. "Kemudian yang berikutnya, malam itu memang yang piket itu dari petugas pemulasaran tiap malam hanya satu orang dan tidak memungkinkan kalau membawa peti. Minimal dua orang lah dan makanya baru pagi segera prosesi dilakukan. Tetapi jenazah di ruang perawatan sudah dibungkus dengan kain kafan," pungkasnya. (dil/b/ryn)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X