METROPOLITAN.id - Kasus gizi buruk hingga stunting rupanya masih terjadi di Kota Bogor. Salah satunya di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur. Hal itu terungkap saat Wakil Ketua DPRD Kota Bogor Jenal Mutaqin melakukan reses masa sidang kedua tahun 2021, di Kampung Pasir, Katulampa, Kamis (8/4). Pada reses kali ini, politisi Gerindra itu blusukan langsung ke rumah-rumah warga untuk melihat dan mendengar langsung aspirasi warga. "Awalnya saya tergelitik saat lihat status WhatsApp (WA) Bu Sekretaris Camat (Sekcam) Bogor Timur, yang sering menampilkan kondisi warga, masih banyak balita kategori stunting atau kurang gizi. Saya coba mengkonfirmasi kebenarannya dan hari ini (8/4) ke Kampung Pasir bersama sekcam dan lurah untuk melihat kondisi warga," kata JM, sapaan karibnya, Kamis (8/4). Ia pun terkejut lantaran menemukan 13 balita dengan kategori kekurangan gizi di Kampung Pasir, Katulampa. Buatnya, jumlah kasus itu masih tinggi dan harus jadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor serta tidak dianggap sebelah mata. "Setelah kami cek faktanya memang di kampung Pasir ada sekitar 13 anak balita yang kondisinya kekurangan gizi. Kasus ini seolah dianggap sebelah mata oleh pemerintah. Padahal kalau dilihat kasus stunting di Kota Bogor ini banyak, sehingga perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah," tambahnya. Seharusnya, kata JM, pemerintah tidak hanya fokus dalam penanganan Covid-19, namun juga tetap memperhatikan kasus-kasus seperti stunting hingga Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih banyak dan cukup tinggi di Kota Bogor. "Saat ini fokus terhadap covid, sementara stunting, DBD seolah dipandang sebelah mata. Seharusnya kami tidak boleh terlalu terbawa isu-isu itu, sedangkan kasus gizi buruk yang kami temukan ini tidak diprioritaskan," ujar JM. Ia pun mengaku bakal menyampaikan kepada wali kota agar dibuat suatu kebijakan yang berkelanjutan. Seperti misalnya setiap bulan ada pemberian gizi dan protein bagi anak balita dengan kategori ini. Pada kesempatan reses itu pun pihaknya memberikan nutrisi dan protein berupa susu, telur puyuh dan biskuit kepada orang tua. "Yang mengetahui penanganannya adalah puskesmas, jadi kami akan mengawal aspirasi dari puskesmas untuk menekan angka stunting dan gizi buruk," tukas JM. Di tempat yang sama, Lurah Katulampa, Eka Deri mengatakan, kasus stunting dan gizi buruk salah satunya disebabkan pola asuh dari orang tua serta kondisi keluarga. Kendati demikian, pihaknya bersama kecamatan dan puskesmas akan fokus terhadap penanganan stunting dan gizi buruk di wilayahnya. "Memang di RW 7 ini ada 13 balita dengan kategori stunting dan ini akan kami pantau terus untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak. Kegiatan ini juga bukan kali pertama kami lakukan, jadi ini rutin kami lakukan," pungkasnya. (ryn)