Senin, 22 Desember 2025

Bahas Operasional Trem, Pemkot Butuh Duit Rp1,9 Triliun

- Jumat, 7 Mei 2021 | 11:01 WIB
Ilustrasi Trem
Ilustrasi Trem

METROPOLITAN – Pemerin­tah Kota (Pemkot) Bogor terus mematangkan rencana pembangunan moda transpor­tasi Trem di Kota Bogor. Dengan target operasional Trem, Pem­kot Bogor bersama PT KAI dan PT Iroda melakukan pemba­hasan terkait pendanaan dan integrasi rencana rute Trem dengan Stasiun Bogor di Balai Kota Bogor. “Kami membahas terkait studi kelayakan Trem yang terintegrasi dengan kebutuhan-kebutuhan PT KAI,” ujar Ke­pala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bap­peda) Kota Bogor, Rudy Mas­hudi. Rudy mengatakan, pemba­hasan rute sudah selesai kali ini lebih pada integrasi rute Trem dengan stasiun kereta api, MRT, Stasiun Bogor dan konektivitas dengan beberapa moda transportasi lainnya. Pihaknya juga membahas ter­kait anggaran membangun Trem yang membutuhkan dana sekitar Rp1,9 triliun. “Terkait anggaran ini, kami mencari dengan dua cara, ya­kni government funding atau corporate funding. Corporate funding lebih diperuntukkan mengembangkan TOD (Trans­it Oriented Development) di Kota Bogor di mana regulasi dan perwali-nya sedang dis­usun,” katanya. Anggaran Rp1,9 triliun ini dibutuhkan untuk membangun Trem dan memperkuat kelem­bagaan PDJT. Rencana melun­curnya Trem di Kota Bogor ditarget harus beroperasi pada 2024. “Rute Tremnya dari Ba­ranangsiang ke Otista, Juanda, Kapten Muslihat, Nyi Raja Per­mas, MA Salmun, Sawojajar, ke Sudirman balik lagi Otista. Ini koridor satu yang akan di­proses dulu,” ungkapnya. Sebelumnya, Pemkot Bogor telah menyambangi salah satu titik lokasi yang rencananya dijadikan Depo Trem. Di an­taranya lahan milik Jasa Marga di sisi Tol Jagorawi, lalu Stasiun Bogor dan lahan milik salah satu pengembang perumahan di kawasan Tanahbaru, Keca­matan Bogor Utara atau tepat­nya di sebelah gardu induk PLN. “Kami sudah meninjau salah satu titik, yakni di kawasan Tanah Baru atau tepatnya dekat Gar­du Induk PLN. Di sana ada lahan milik perumahan yang masih kosong. Tapi tentu saja itu harus menempuh studi kelayakan terlebih dulu,” kata Rudy. Berdasarkan kajian yang dila­kukan Colas Rail, agar Trem bisa beroperasi di Kota Bogor harus didukung fasilitas se­perti depo dan tempat peme­liharaan. Di mana saat ini lo­kasinya sedang dikaji. Depo Trem sendiri ditengarai mem­butuhkan luasan lahan 5 hing­ga 10 hektare dan lahan di kawasan Tanahbaru tersebut memungkinkan untuk dijadi­kan depo. “Dari hasil pembi­caraan dengan pengembang perumahan tersebut, dalam site plan mereka memang su­dah ada frontage sepanjang 10 meter,” ujarnya. Rudy menegaskan, peng­embang menyambut baik serta sempat menanyakan bagaimana pola yang diguna­kan. “Apakah ganti untung, ganti rugi atau sewa. Tetapi urusan tersebut tetap harus menempuh mekanisme appra­isal dan studi kelayakan untuk memutuskan, jadi atau ti­daknya,” bebernya. Kendati demikian, Pemkot Bogor tak mau terburu-buru memutuskan, mengingat ma­sih ada beberapa opsi lokasi penempatan Depo Trem. “Se­dang dikaji beberapa tempat. Bisa di stasiun, bisa juga di lahan Jasa Marga sepanjang Tol Jagorawi. Ya, kita cari dulu yang layak. Kami masih lakukan penjajakan dengan berbagai pihak, termasuk Jasa Marga,” tuntasnya. Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya dan beberapa pe­jabat Kota Bogor menyambangi Menteri BUMN Erick Thohir. Dalam kunjungannya itu, Bima mengaku melakukan pemba­hasan terkait skema penda­naan dan pembangunan Trem di Kota Bogor. Di mana untuk skema pembayaran diketahui ada dua opsi yang dimiliki. Pertama adalah opsi corpo­rate funding yang pendanaan­nya 100 persen dari corporate. Sebab, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor tak mungkin bisa menanggung beban biayanya. ”Ada opsi combine structure funding juga. Jadi mengombi­nasikan antara anggaran ban­tuan dari pemerintah pusat dengan corporate,” kata Bima. Saat ini, di bawah pimpinan Erick Thohir, Bima mengaku sudah membentuk tim pembangunan Trem Kota Bo­gor. ”Jadi, kolaborasi antara unsur BUMN dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang akan terus bekerja untuk memasti­kan tahapan-tahapannya ber­jalan secara cepat,” ujarnya. Untuk itu, Feasibility Study (FS) yang saat ini tengah diker­jakan tim pembangunan Trem Kota Bogor direncanakan ram­pung pada Juni. Dari situ akan diketahui bagaimana nanti skema pembayaran dan siapa operator Trem di Kota Bogor. ”Saya juga sudah laporkan Trem kepada presiden dan presiden mendukung penuh dan meminta diakselerasikan dengan kementerian-kemen­terian terkait,” ungkapnya. (ryn/ mam/py

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X