Minggu, 21 Desember 2025

Macan Tutul Hingga Elang Jawa di Gunung Salak Bertambah, Star Energi Sukses Jalankan Program Restorasi Hutan

- Senin, 20 September 2021 | 13:29 WIB

METROPOLITAN.idStar Energy Geothermal Salak, Ltd. (SEGS) berhasil meningkatkan indeks keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) lewat program restorasi hutan dan konservasi sumber air. Manager Policy, Government and Public Affairs (PGPA) SEGS, Nungki Nursasongko mengatakan, SEGS terus berkomitmen untuk membuktikan bahwa pengusahaan panas bumi bisa selaras dengan upaya konservasi di TNGHS. “Dengan pelbagai program, hingga 2019 SEGS telah berhasil meningkatkan indeks keanekaragaman hayati dari 3,90 menjadi 3,93 di kawasan TNGHS,” ujar Nungki, Senin (20/9). Dari hasil pemantauan satwa kunci yang dilakukan sejak SEGS memulai program Prakarsa Lintasan Hijau atau Green Corridor Initiative (GCI) pada 2018, terjadi peningkatan populasi Macan Tutul Jawa dari 6 ekor menjadi 13 ekor pada 2020, Elang Jawa dari 6 ekor menjadi 14 ekor, dan Owa Jawa dari 4 ekor menjadi 10 ekor. Menurutnya, program GCI bertujuan merestorasi 265 hektare hutan untuk menghubungkan dua habitat besar, yaitu Gunung Halimun dan Gunung Salak demi kelangsungan ekologi dan habitat dari satwa dilindungi dan terancam punah seperti Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas). Program GCI meliputi kegiatan ekowisata, restorasi mata air, dan konservasi hutan dengan melibatkan pelbagai elemen masyarakat. Melalui program ini, SEGS berharap dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa ekologi yang terjaga dapat bermanfaat bagi ekonomi berkelanjutan. Hal ini juga sejalan dengan upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memastikan pemanfaatan panas bumi berprinsip konservasi melalui Permen LHK No.46/2016 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi dan Permen LHK No.P3/2021 tentang Standar Kegiatan Usaha pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain program di atas, SEGS juga membangun Perpustakaan Taman Pamekar dan Taman Endemik Salak untuk pendidikan lingkungan dan penerbitan buku-buku serta konservasi flora dan fauna endemik langka, seperti pembangunan Suaka Elang oleh Balai TNGHS dan pembentukan Garda Konservasi dengan kegiatan patroli bersama. Indonesia memiliki potensi panas bumi sekitar 23,9 gigawatt. Pemerintah menargetkan potensi ini mampu mendongkrak realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. "Karena potensi tersebut sebagian besar berada di kawasan hutan, maka prinsip keselarasan pengusahaan panas bumi dengan konservasi harus dipatuhi oleh pengembang panas bumi," tandasnya. (fin)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X