Minggu, 21 Desember 2025

Bus BTS Ngaspal di Bogor, ZM : Awas Nasibnya Sama dengan Bus Transpakuan, Jadi Bangkai di Terminal Bubulak

- Selasa, 2 November 2021 | 17:36 WIB
Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor Zaenul Mutaqin. (IST)
Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor Zaenul Mutaqin. (IST)

METROPOLITAN.id - Mulai ngaspalnya bus program Buy The Service (BTS) di Kota Bogor memancing reaksi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Salah satunya Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor, Zaenul Mutaqin. ZM, sapaan karibnya mewanti-wanti agar Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Wali Kota Bogor Bima Arya bisa mengelola operasional bus baru ini dengan baik dan hati-hati. Sebab ia khawatir, jika tidak dikelola dan dirawat dengan baik, nasibnya bakal sama nahas seperti bus Transpakuan yang lebih dulu beroperasi oleh Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor. Yakni jadi bangkai dan terbengkalai di Terminal Bubulak. "Pemkot harus serius dan konsisten dalam mengelola moda transportasi masal ini, program BTS harus sejalan dengan komitmen konversi angkot ke bus. Sebab tujuannya mengurangi kemacetan tanpa mengurangi pelayanan transportasi kepada masyarakat. Jangan sampai terulang pengalaman pengelolaan Transakuan terdahulu, yang dianggap gagal dan malah menyisakan masalah," katanya, Selasa (2/11). Ia juga meminta Pemkot Bogor jangan terlelap dalam euforia seremonial datangnya bus dengan nama BISKITA Trans Pakuan itu saja, namun harus memperhatikan perawatan bus-bus yang direncanakan ngaspal di empat koridor. "Jangan terlelap dalam euforia, perawatan bus harus diperhatikan, terlebih keberadaan bus ini masih full subsidi pemerintah karena gratis. Jangan sampai nanti di akhir tahun malah sudah rusak," ujar ZM, sapaan akrabnya. Secara umum, pria yang juga ketua Fraksi PPP DPRD Kota Bogor itu mendukung keberadaan bus program BTS di Kota Bogor itu. Namun ia mewanti-wanti wali Kota Bogor agar sekiranya kehadiran bus ini sejalan dengan program rerouting dan reduksi angkot yang menjadi satu-satunya persoalan yang belum terselesaikan hingga periode kedua kepemimpinan Wali Kota Bogor Bima Arya. ZM juga mengingatkan Pemkot Bogor agar memerhatikan nasib para sopir angkot yang diproyeksikan jadi sopir bus. Sebab meski bagaimanapun, konversi angkot ini pasti berpengaruh terhadap hilangnya mata pencaharian bagi sebagian sopir angkot yang tidak terakomodir menjadi sopir BISKITA Trans Pakuan. "Tidak mungkin seluruh sopir angkot bisa beralih menjadi sopir bus, karena jumlah bus jauh lebih sedikit dari jumlah angkot yang dikonversi. Inilah masalah yang akan timbul dan tentu saja harus dicarikan solusinya oleh pemkot," tegasnya. Pengelolaan BISKITA Trans Pakuan ini bakal dikelola konsorsium PDJT, selagi Pemkot Bogor melakukan restrukturisasi terhadap perusahaan yang didirikan sejak 2006 ini. ZM berharap, dana dari pemerintah pusat bisa dikelola dengan baik, sehingga menghadirkan kenyamanan dan rasa aman kepada warga Kota Bogor dalam menggunakan moda transportasi massal. "Dana puluhan miliar untuk mengoperasikan BTS ini harus dikelola dengan baik. Nantinya kami juga akan menggunakan hak pengawasan kami untuk memastikan anggarannya tepat guna," tandasnya. Sebelumnya, bus program BTS besutan pemerintah pusat melalui BPTJ bersama Pemkot Bogor akhirnya resmi mulai ngaspal di Kota Bogor, saat soft launching di Balai Kota Bogor, Selasa (2/11). Mulai dari Wali Kota Bogor Bima Arya, Kepala BPTJ Polana B Pramesti, Forkopimda hingga artis ibukota Wika Salim turut hadir dalam peluncuran bus yang dinamakan BISKITA Trans Pakuan itu. Bima Arya mengatakan bahwa hadirnya bus ini sebagai babak baru sistem transportasi publik di Kota Bogor, termasuk perpanjangan konversi 3 angkot diganti menjadi 1 bus. Selain itu, sambung dia, ngaspalnya BISKITA Trans Pakuan ini juga menjadi tanda memulai kebiasaan dan budaya baru. Misalnya membiasakan angkutan masal dan penumpang untuk berhenti pada tempatnya, menyetop bus di shelter, pengunaan aplikasi untuk tahu bus ada dimana, hingga membiasakan tidak buang sampah di dalam angkutan umum dan pembayaran non tunai. "Nggak cuma bus-nya baru, kita juga mulai kebiasaan baru, budaya baru. Biasakan berhenti pada tempatnya, setop bus di shelter, nggak buang sampah di bus, membiasakan sopir nggak menggoda penumpangnya, sopir juga taat standar pelayanan hingga membiasakan pembayaran non tunai," katanya, Selasa (2/11). (ryn)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X