Minggu, 21 Desember 2025

Miris! Ditengah Peringatan Hari Air Sedunia, Layanan Air Perpipaan Baru Capai 20 Persen

- Selasa, 22 Maret 2022 | 10:57 WIB

METROPOLITAN.id - Pertumbuhan penduduk yang pesat, diiringi dengan perkembangan perkotaan dan industrialisasi di kota-kota besar di Indonesia rupanya memberikan tekanan yang semakin berat terhadap sumberdaya air di wilayah tersebut. Sayangnya, karena infrastruktur utilitas air PDAM tidak memadai, pasokan air tidak dapat memenuhi permintaan air bersih yang terus meningkat. Pakar Sosial Ekonomi, Prof. Yusman Syaukat dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University mengatakan, layanan air perpipaan saat ini baru mencapai 20 persen dari total penduduk Indonesia, sedangkan sisanya menggunakan air tanah sebagai sumber air utama mereka. Hal ini terjadi karena kurangnya penegakan kepemilikan negara atas air tanah, sehingga air tanah diperlakukan seolah-olah sebagai sumberdaya akses terbuka (open access resources), dimana setiap orang berhak dan bisa memanfaatkan sumberdaya tersebut. Akibatnya, eksploitasi air tanah terjadi secara berlebihan (over exploitation), terutama di kota-kota besar, seolah-olah tidak memiliki insentif ekonomi untuk melestarikannya. "Kondisi over exploitation selanjutnya menimbulkan masalah eksternalitas ekonomi negatif (negative economic externality) yang besar bagi seluruh masyarakat," kata Prof. Yusman Syaukat dalam acara peringatan Hari Air Sedunia 2022, di Cafe Taman Koleksi, Kampus IPB Baranangsiang, Senin (21/3). Menurutnya, sebagai dampak dari terjadinya penurunan muka tanah dan infiltrasi air laut, penurunan potensi manfaat ekonomi dari konservasi, dan mendorong penipisan dan kerusakan sumberdaya air tanah dengan cepat. Sehingga saat ini, pada setiap wilayah baik provinsi/kabupaten/kota pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan menggunakan prinsip pemanfaatan air tanah dan air permukaan secara bersama. Namun, pengelolaan sumber daya air tanah dan air permukaan di tingkat wilayah bersifat kompleks. "Kompleksitas tersebut tercermin dari banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan air, namun kurang terkoordinasi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat," katanya. Karenanya, untuk menekan penggunaan air tanah, maka produksi air perpipaan perusahaan daerah air minum (PDAM) dengan memanfaatkan air permukaan (air sungai, air danau, mata air) harus terus ditingkatkan melalui kegiatan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi (water treatment plant) dan sekaligus mengurangi tingkat kebocoran dalam pendistribusian air perpipaan. Berdasarkan jasil penelitiannya di DKI Jakarta menunjukkan bahwa investasi dalam meningkatkan kapasitas produksi air perpipaan saja tidaklah memiliki peran yang signifikan dalam mengurangi total pengambilan air tanah dalam rangka mempertahankan/menjaga stok air tanah di cekungan air tanah (aquifer). Akan tetapi, jika investasi dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas produksi dan juga fasilitas distribusi (untuk memperluas layanan dan mengurangi kebocoran) air bersih, ternyata mampu meningkatkan volume pasokan air perpipaan, mengurangi rata-rata biaya produksi air bersih, mengurangi penggunaan air baku (air permukaan), meningkatkan pendapatan PAM Jaya, dan berperan penting dalam mengurangi pengambilan (ekstraksi) air tanah, sehingga mampu mempertahankan stok air tanah dan juga menjaga kualitas air tanah dari infiltrasi air laut di DKI Jakarta. "Upaya-upaya menjaga pengisian (recharging) air tanah juga harus terus dilakukan, karena ketersediaan kuantitas air tanah dengan kualitas baik berkontribusi nyata dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan, dan mendukung pencapaian tujuan," tandasnya. (rez)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X