METROPOLITAN – Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Tangerang membahas rencana kenaikan tarif angkutan kota akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Sabtu (3/9). Ketua Organda Kota Tangerang, Faisal Lubis, mengatakan, saat ini usaha angkutan kota di wilayah Tangerang terseok-seok dengan banyaknya kendaraan bermotor dan kemudahan angkutan online. Dengan kenaikan harga BBM saat ini, ia menekan usaha jasa angkutan bila tidak menyesuaikan tarif. ”Jadi memang harus kita naikkan. Ini saya baru mau rapat. Kita sesuaikan dengan persentase sekitar 20 persen,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (5/9). Menurutnya, kenaikan tarif angkutan sebesar Rp1.000 adalah realistis, mengingat naiknya BBM jenis pertalite dan solar. ”Kalau saya lihat sekitar 1.000. Nanti untuk fiksnya saya umumkan,” terangnya. Sementara itu, sopir angkutan kota jurusan Pamulang-Ciputat, Rohadi (45), mengaku sudah menaikkan tarif angkotnya Rp1.000. ”Saya sudah mengikuti, naik Rp1.000. Kayak tadi ibu dari Pamulang, bayar Rp4.000 saya minta tambah seribu, jadi Rp5.000,” ujarnya. Pria yang sudah belasan tahun bekerja menjadi sopir angkutan ini mengaku tidak ada pilihan lain untuk beralih profesi, kecuali tetap menarik angkot, meski terjadi penurunan jumlah penumpang sejak beberapa tahun terakhir. ”Sebelum pandemi memang sudah sepi, kebanyakan motor dan online-online gitu,” bebernya. Meski begitu, ia mengaku masih bisa bernafas lega karena pemilik mobil yang dia sewa untuk bekerja menarik angkot tidak ikut menaikkan harga sewa kendaraan per harinya. ”Setoran nggak dinaikkan. Kalau di sini rata-rata Rp40.000 sehari. Kalau dinaikkan saya makan apa. Sekarang dampaknya pengaruh banget, seret (pulang-pergi) ukuran biaya bensin cuma Rp20.000, sekarang Rp30.000. Sementara penumpangnya palingan satu dua orang, jarang terisi penuh,” pungkasnya. (mer/suf/py)