METROPOLITAN.id - Bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Yayasan Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) menggelar pelatihan khusus para petani. Program pelatihan ini berupa Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Hortikultura Tahun 2022. Bimtek dilaksanakan bertujuan untuk mengarahkan pola pikir petani agar menjadi penggerak kegiatan pertanian, sebagai wadah berjejaring dalam mengembangkan potensi-potensi desa berbasis masyarakat, serta melakukan aksi nyata. Kegiatan ini dibagi dalam dua batch, dengan jumlah 50 orang petani per batch. Kegiatan berlangsung sejak 5 September 2022 sampai Oktober 2022. Pelatihan bimtek ini dilakukan di Panaruban, Kabupaten Subang. “Permasalahan yang dialami oleh petani merupakan masalah yang sangat rumit, dan tidak jarang petani rakyat merugi, sehingga perlu memotivasi petani untuk lebih mandiri. Kemandirian adalah keharusan bagi petani rakyat untuk dapat sejahtera. Meminimalisir ketergantungan akan produk industri adalah satu-satunya cara agar Indonesia mandiri pangan," ujar Direktur Yayasan IBEKA, Sapto Nugroho. Kegiatan pelatihan bimtek per batch ini dilakukan selama lima hari dengan menghadirkan narasumber dari berbagai instansi dan praktisi. Mereka akan membuka wawasan dan mengubah paradigma pertanian lama, untuk bisa mengikuti paradigma pertanian baru yang lebih melihat pasar serta perluasan jejaring. “Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi para peserta untuk saling berjejaring, berdiskusi, dan berkolaborasi dalam melakukan aksi nyata ke depan," kata Sapto. Sementara itu, sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi dan energi terbarukan di perdesaan, Yayasan IBEKA konsisten mengenalkan dan mempromosikan kegiatan pembangunan pedesaan dengan bisnis sosial dan mempertahankan keberlanjutan pembangunan pertanian yang mandiri dan berkeadilan. Para petani diajak untuk memahami kondisi alam sekitarnya, memahami daya dukung lingkungan sekitar sebagai sebuah proses yang berkesinambungan dan juga untuk menggali kembali kearifan lokal yang selama ini ditinggalkan. Padahal kearifan dan budaya lokal itulah yang telah terbukti mampu mendukung kehidupan para petani sejak dahulu hingga saat ini. (*/Els)