Senin, 22 Desember 2025

Rezeki Tukang Ojek Pangkalan Terampas

- Jumat, 17 Maret 2017 | 08:23 WIB

BELUM tuntas dengan penataan angkutan online, program angkot masuk kampung besutan Walikota Bogor Bima Arya dianggap memunculkan masalah baru. Di balik rencananya mengurangi macet, penyebaran angkot ke wilayah pinggiran dengan menambah dan memperpanjang trayek dituding bisa memicu gesekan antara tukang ojek pangkalan dan sopir angkot.

PROGRAM angkot masuk kampung masih menuai pro kontra. Sejumlah kalangan menilai kebijakan tersebut dibuat tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan konflik sosial yang berisiko terjadi.

Pengamat Kebijakan Pemer­intah Daerah Mihradi men­ganggap ada tahapan yang sengaja dilompat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sehingga program ini terkesan buru-buru.

“Kesan yang timbul pemkot terlihat tergesa-gesa untuk meresmikan rerouting ini. Padahal, ada tahapan yang dilompat,” ujar Mihradi.

Ia mencontohkan, sebelum kebijakan itu dibuat seharus­nya ada tahap-tahap yang harus dilalui pemkot. Mulai dari sosialisasi dengan orang-orang yang terkena dampak kebijakan dan tahapan uji coba.

“Dalam tata kelola pemeri­nah itu harus ada tranparansi dan partisipasi. Transparan­si mencakup perencanaan bagaimana program itu akan dibuat. Sedangkan partisi­pasi itu menyangkut orang-orang yang terkena imbas dari penerapan program itu,” terangnya.

Menurutnya, program ang­kot masuk kampung rentan dengan terjadinya masalah sosial. Bahkan bisa memper­luas peta konflik.

“Konflik dengan angkutan online saja belum selesai. Sek­arang angkot masuk kampung ini bisa jadi masalah baru. Karena bisa jadi kompetitor baru bagi ojek pangkalan. Bisa-bisa rezeki tukang ojek pangkalan terampas,” kata Mihradi.

Ia meminta Pemkot Bogor mengurus persoalan satu per satu. Tidak tergesa-gesa, me­lainkan perlu pertimbangan dan kajian matang. “Pemda tidak boleh main-main. Harus ekstra mengkajinya,” terangnya.

Hal ini juga diamini Pakar Tata Kota Trisakti, Nirwono Yoga. Ia mempertanyakan bagaimana penyediaan angkutan massal yang ada di Kota Bogor. Se­mentara, kondisi Perusahaan Daerah Jasa Transportasi milik pemerintah tidak sehat alias bangkrut. Padahal, perusahaan itu yang akan menggerakan pengelolaan layanan angkutan massal di Kota Bogor.

“Ini sama saja menambah masalah baru dengan mendis­tribusikan kemacetan ke kam­pung-kampung,” tegas dia.

Nirwono menyarankan agar pemerintah berani mengam­bil sikap dan gebrakan baru untuk mendorong program reroutingnya berjalan mulus.

“Misalnya membatasi kenda­raan pribadi masuk ke kota dengan penerapan e-parking progresif. Semakin ke pusat semakin mahal. Dan peni­adaan bertahap parkir di jala­nan,” ungkap dia.

Meski begitu, Walikota Bo­gor Bima Arya meyakini jika program angkot masuk kam­pung itu bisa mengurai pen­umpukan yang ada di pusat kota. Bahkan, ini jadi program unggulan pemkot untuk men­gurangi kemacetan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X