Senin, 22 Desember 2025

Polda Jabar Kerahkan 20 Ribu Anggota

- Rabu, 29 Maret 2017 | 15:32 WIB

METROPOLITAN – Seruan aksi mengepung Istana Merdeka pada 31 Maret 2017 masih ramai di media sosial (medsos). Ajakan Forum Umat Islam (FUI) bertema Alquran 313 itu rencananya di­awali dengan salat Jumat berjamaah dan dilanjutkan dengan mendatangi Istana Merdeka untuk menyam­paikan tuntutan.

Seperti yang tertuang di poster, isu utama yang jadi fokus aksi 313 yakni menuntut Presiden Joko Widodo menposter, isu utama yang jadi copot Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari jabatan gubernur karena berstatus terdakwa perkara dugaan penodaan agama.­

Rupanya tak hanya aksi 313 yang akan berlangsung di pusat ibukota. Sejumlah ma­hasiswa dari lintas daerah juga bakal merangsek ke Gedung MPR RI pada Kamis dan Jumat (30-31/3).

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus mengaku telah mendapati informasi tersebut. Untuk itu, pihaknya juga telah me­nyiapkan petugas gabungan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Jawa Barat. “Esti­masi dari Polda Jabar sekitar 2.000 lebih personel. Kalau ditotal keseluruhan dari Polres Kota/Kabupaten yang ada di Jabar mencapai 20 ribu personel,”ungkap Yusri.

Namun demikian, menu­rutnya, jumlah itu masih ten­tatif. Sebab, pihaknya harus mengecek terlebih dahulu jum­lah massa atau mahasiswa dari Jabar yang akan turun dalam aksi 313 tersebut. “Kami juga meminta polres-polres untuk mengantisipasi, namun jumlah personelnya disesuaikan den­gan kebutuhan, karena jangan sampai pengawalan ini malah bikin mubazir,” ucap dia.

Yusri juga meyakinkan, kare­na aksi ini akan dilakukan di Jakarta, maka pihaknya akan memfokuskan pengamanan di perbatasan-perbatasan sep­erti Bogor hingga Karawang. Mulai dari beberapa tempat yang akan dilalui hingga titik kumpul para peserta demon­stran. “Tugas kita hanya me­nyekat di perbatasan, karena kegiatan akan dilakukan di Jakarta. Kita mulai dari Ka­mis untuk pengamanannya. Intinya pengamanan sudah standby dan kita sudah me­miliki pengalaman mengawal aksi seperti ini kaya 212 dan lain sebagainya,” yakinnya.

Di sisi lain, Yusri mengaku sampai saat ini belum mener­ima pengajuan total secara keseluruhan mahasiswa yang akan berangkat ke Jakarta. Sehingga, pihaknya akan coba terus berkoordinasi dengan para pemimpin masing-ma­sing BEM sebelum aksi ini digelar. “Kita juga masih harus data lagi siapa dan berapa yang akan berangkat. Tapi, ada juga beberapa yang me­nyatakan tidak berangkat dan aman,” aku dia.

Dirinya hanya mengim­bau mahasiswa tak usah ikut datang ke Jakarta. Karena, tun­tutan mereka meminta Ahok dipenjara itu jelas-jelas sudah bermuatan politik dalam hal ini Pilkada Jakarta. “Ini kan pemilunya Jakarta dan kalau pemilu sudah muatan politik. Sehingga, untuk apa warga Jabar ikut-ikutan pemilunya Jakarta,” imbaunya.

Yusri menyarankan para mahasiswa lebih baik men­gurungkan rencana aksi ke Ja­karta dan mengganti dengan cara melakukan doa bersama di wilayahnya masing-masing. Karena, jangan sampai ke­berangkatan mereka ke Jakar­ta dapat ditunggangi segelint­ir pihak. “Kami terus berupaya melalui masing-masing polres untuk mengimbau mereka tak turun ke sana. Lebih baik kita berdoa bersama dan itu upaya yang tengah kami lakukan,”ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Advokasi GNPF MUI Kapitra Ampera mengatakan, aksi 313 Jumat (31/3), tidak bisa dilarang karena bertentangan dengan Tap MPR Nomor tu­juh tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam aksi 313, seharusnya presiden menden­garkan suara rakyat.

“Aksi 313 nanti adalah untuk meminta presiden mencopot Ahok yang telah menjadi terdakwa dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, jika presiden menolak melak­sanakan undang-undang, maka presiden telah melang­gar hukum,” jelas dia.

Aksi umat Islam ini bertu­juan agar presiden mendengar suara rakyat. Presiden harus mematuhi undang-undang. Presiden seharusnya tidak lagi menafsirkan aksi ini sebagai alat memecah-belah persatuan.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj meminta umat Islam tidak perlu lagi turun ke jalan untuk melakukan aksi. Sebab, hal itu dianggap hanya me­nyita banyak waktu, energi, tenaga, pikiran dan uang.

“Menurut saya begini, yang enggak senang Ahok, eng­gak usah dipilih. Yang eng­gak senang Anies ya enggak usah milih,” ujar Said di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (28/3).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X