METROPOLITAN- Penutupan jalur Puncak bakal diperpanjang hingga tiga bulan kedepan. Ini demi keselamatan dan keamanan pengendara. Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto menjelaskan, perkiraan untuk menutup jalur lebih lama telah didiskusikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Menurut mereka (Kemen PU) paling cepat sebulan selesai. Hasil kajian, bawah tanah di sini mengandung air," ujarnya saat meninjau lokasi longsor di Riung Gunung, Cisarua, Sabtu (17/2).
Faktor lainnya, kata dia, lantaran PKL dan warung masih berjualan di sejumlah titik Jalur Puncak. Sehingga, kegiatan ini yang membuat aliran air hingga drainase di area tersebut tidak maksimal. Akibatnya, air tidak mengalir lancar dan membuat tanah semakin gembur hingga mudah longsor.
"Tanah di kawasan longsor akan dicek dulu dalam laboratorium. Suapaya pelaksana teknis bisa mendapat solusi yang tepat terkait perbaikan jalur longsor secara permanen," tegasnya.
Menurutnya, kajian juga meliputi potensi longsor di titik lain di Puncak. Dia ingin memastikan, pengguna jalan merasa aman saat melintasi jalur itu. "Puncak kan favorit masyarakat. Perlu survei lokasi lagi mana lokasi yang berpotensi longsor. Supaya ada ada pencegahan sebelum terjadi longsor. Jadi masyarakat tidak cemas saat melintas," katanya.
Dia juga berharap Pemkab Bogor lebih gencar melakukan sosialisasi kepada PKL yang masih bandel untuk berjualan di titik rawan longsor. "Kepolisian pasti akan membantu supaya kegiatan lancar," ungkapnya
Sementara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemen PUPR Danis Hidayat Sumadilaga mengungkapkan, fokus perbaikan di lakukan di tiga titik perlintasan, seperti Gunung Mas, Riung Gunung dan Puncak Pass.
Tiga titik tersebut, kata dia, merupakan separuh jalan amblas dan harus dilakukan penguatan pondasi dan pelebaran jalan dengan cara mengikis sebelah kanan tebing.
"Di Riung Gunung sudah. Tinggal dua titik lagi (Gunung Mas dan Puncak Pass) masih dalam pengerjaan. Secara keseluruhan jalur sudah bisa dilalui," ujar Danis.
Sementara itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor ikut merespon keputusan tersebut.
Ketua PHRI Kabupaten Bogor, Budi Sulistio mengaku kalau kebijakan itu berimbas pada usaha hotel maupun restoran yang beroperasi di Puncak. “Padahal, sampai saat ini, jalur-jalur itu dalam keadaan masih bisa dikunjungi oleh tamu yang akan berlibur, tuturnya.
Budi berharap agar pihak terkait bisa menyelesaikan perbaikan jalur Puncak tidak dalam waktu lama. Ia menjelaskan, apabila terlampau lama dan berlarut, aktivitas perekonomian para pengusaha dan masyarakat Puncak sampai Cipanas tersendat.
Sementara itu, Ketua Penelitian dan Pengembangan PHRI Kabupaten Bogor, Sofyan Ginting, menuturkan, dampak yang sudah dirasakan setelah penutupan jalur Puncak selama sepekan lebih adalah penurunan okupansi. Sementara hotel menurun 60 persen, restoran juga mengalami penurunan sitting occupancy 10 persen. "Dampak dirasakan di usaha di kawasan Cisarua dan sekitarnya," ujarnya.
Terkait rencana perpanjangan waktu penutupan jalur Puncak, Ginting melihatnya sebagai upaya menyelamatkan jiwa masyarakat yang sudah sepatutnya menjadi prioritas utama pemerintah.