Senin, 22 Desember 2025

Tangkal Tawuran, Pelajar Bersenjata Diringkus

- Sabtu, 4 Agustus 2018 | 11:43 WIB

METROPOLITAN - Belum juga reda kasus tawuran yang menewaskan pelajar SMP Cibungbulang 02, Irgi (15), pada Selasa (31/7) malam, Satgas Pelajar Kota Bogor kembali menangkap pelajar bersenjata.

Tiga siswa SMP swasta yakni ZN (14) kelas delapan, AS (15) kelas sembilan dan FA (15) kelas sembilan diringkus di bilangan Jalan Lodaya, Kecamatan Bogor Tengah, kemarin (3/8).

Parahnya, ketiga bocah bau kencur itu tengah dipengaruhi minuman keras jenis ciu.

Satgas pelajar yang tengah melintasi Jalan Lodaya sekitar pukul 13:30 WIB,  menemui tiga siswa SMP yang berjalan ke arah Bogor Baru dengan mencurigakan.

Petugas yang sedang berpakaian preman pun langsung memepet dan memeriksa ketiga siswa dari sekolah yang sama, SMP swasta di wilayah Kota Batu, Ciapus, Kabupaten Bogor.

“Pas ditanya, katanya mau ke Cileungsi, mau ke kerabat salah satu anak itu. Kami tidak percaya begitu saja. Saat kami periksa, ketemu satu celurit di tas anak yang baju pramuka itu,” kata Satgas Pelajar Kota Bogor, Martin, saat ditemui Metropolitan, kemarin.

Saat diperiksa, lanjut Martin, ketiganya tampak santai dan tidak ada rasa segan. Rupanya sebelum sampai di lokasi, mereka menenggak minuman keras jenis ciu saat berada tak jauh dari sekolahnya. Mereka lalu digelandang petugas kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Jalan Pajajaran, untuk diperiksa dan dilakukan interogasi.

“Bau (mulutnya, red). Habis minum itu sih. Saat ditanya juga cengengesan, ketawa-ketawa saja. Nggak nyambung. Di situ kami langsung geledah dan menemukan satu celurit. Mereka ngaku habis minum (ciu, red) dekat sekolahnya sebelum ke sini,” ujarnya.

Ia menambahkan, pihaknya langsung menggeledah tas ketiganya dan menemukan sebuah gagang arit tanpa mata pisaunya dan bongkahan besi. Diduga ketiganya membawa sajam untuk melakukan tawuran dengan siswa lainnya.

“Ternyata (pisaunya, red) itu diselipin di bukunya. Selain itu, ada sebuah bongkahan besi yang diduga sebagai asahan. Kemungkinan mereka itu mau ke ‘undangan’, kan ada istilah gitu, diundang untuk duel. Mereka sih nggak ngaku,” ucapnya.

Setelah dilakukan interogasi, akhirnya pelajar tersebut mengakui sajam itu milik mereka yang diperoleh melalui jual beli online dengan sistem Cash On Delivery (COD). Untuk celurit, dibeli seharga Rp25 ribu dari penjual yang berkomunikasi lewat media sosial. Mereka mengaku baru sekali ini membawa sajam. “Nggak kenal sama yang jualnya, belinya Rp25 ribu buat jaga-jaga saja,” aku ZN saat diinterogasi petugas.

Selanjutnya, ketiga siswa SMP itu dilaporkan ke Satgas Pelajar Kabupaten Bogor untuk dibawa ke sekolah asalnya dan diberikan binaan. Ia mengaku sejak kematian dua pelajar akibat tawuran beberapa waktu lalu, jadi perhatian satgas pelajar untuk melakukan patroli lebih giat, terlebih di waktu-waktu setelah jam sekolah. “Pihak sekolah harus tahu, mana-mana saja siswa yang sering ikut-ikutan tawuran,” paparnya.

Ketua Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor Apendi Arsyad menuturkan, aksi tawuran yang terjadi beberapa waktu belakangan ini merupakan bukti bahwa masih lemahnya pengawasan keamanan murid di luar jam sekolah. “Tidak bisa menyalahkan sekolah begitu saja. Sebab seringnya tawuran itu setelah berakhir jam belajar. Secara teknis, keselamatan dan keamanan murid menjadi tupoksi orang tua dan stakeholder daerah,” ucapnya, Kamis (2/8).

Aksi tawuran itu, jelas Apendi, bukan hanya karena lemahnya pengawasan, namun ada faktor budaya ‘penataran’ dari pelajar yang sering melakukan aksi tawuran atau duel dengan sekolah atau geng siswa lainnya. “Tidak dipungkiri ada beberapa sekolah yang terkenal jago biang tawuran. Para kakak kelas hingga oknum alumninya kedapatan melakukan pelatihan paksa kepada murid baru agar diakui,” imbuhnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X