Senin, 22 Desember 2025

Tiap Hari Numpang Sekolah di Rumah Pak RW

- Kamis, 29 November 2018 | 12:51 WIB

Tak ada akar, rotan pun jadi. Begitulah nasib siswa yang tinggal di atas Bukit Enut Cigudeg, Kabupaten Bogor. Demi menuntut ilmu, mereka terpaksa numpang belajar di rumah ketua RW.

JAM tua di rumah Ketua RW 01, Kampung Panggeleseran, Desa Banyuwangi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Dedi Supardi, sudah menunjuk­kan pukul 06:30 WIB. Gerom­bolan anak berseragam batik dengan nuansa hijau sudah berkumpul di rumahnya.

Pagi itu, satu per satu anak-anak masuk ke rumahnya sam­bil membawa peralatan tulis lengkap. “Geus asup, hayuk buru! (Sudah masuk, ayo cepat, red),” sahut seorang bocah ke­pada teman-temannya sambil berlari ke arah rumah Pak RW.

Tiap harinya, pemandangan itu terlihat di rumah Dedi, ke­tua RW sekaligus pemilik se­kolah satu-satunya di atas Bu­kit Enut Cigudeg.

Sejak sekolah Madrasah Ibti­daiyah (MI) Mathaul Anwar yang didirikannya pada 1995 itu ambruk, ia terpaksa memin­dahkan para siswa ke rumahnya.

Untuk diketahui, pada 2006 Kampung Panggeleseran di­landa longsor besar. Kejadian itu membuat bangunan sekolah yang sudah reyot selama 12 tahun semakin hancur dan ti­dak layak pakai.

Kondisi ini pula yang me­maksa pemilik yayasan memin­dahkan sekolahnya ke rumah­nya sendiri. “Awalnya dua ru­angan bisa dipakai tapi akhirnya semuanya hancur. Makanya semua siswanya dipindah ke sini,” akunya.

Ya, ruang tamu Pak RW Dedi kini menjadi ruang belajar bagi anak-anak Kampung Pang­geleseran.

Tak ada kursi, apalagi meja layaknya sekolah pada umumnya. Hanya papan tulis yang men­jadi fasilitas belajar mereka. Menurut Dedi, anak-anak di sana sudah terbiasa ngampar di lantai ruang tamu rumahnya. “Setiap hari memang ngampar begini belajarnya,” tuturnya.

Rumah sederhana yang cat putihnya telah lapuk itu jadi pi­lihan warga di sana untuk me­nyekolahkan anak-anak mereka. Sebab, sekolah itu satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di atas Bukit Enut Cigudeg. “Me­mang di sini sudah nggak ada lagi sekolah. Cuma ini satu-sa­tunya,” aku Dedi.

Ia menjelaskan, sejak longsor terjadi, kampungnya juga dire­lokasi ke Kampung Kembang­wangi, RT 02/11. Di sana, pe­merintah telah menyediakan rumah subsidi gratis bagi warga Kampung Panggeleseran.

Namun, menurut Dedi, masih ada sebagian warga yang memi­lih menetap di Kampung Pang­geleseran. “Makanya sekolah ini juga dibuat dua. Ada yang di Panggeleseran sama di Kembang­wangi,” ucapnya.

Sekadar diketahui, Kampung Panggeleseran lokasinya berada di atas Bukit Enut. Dari Jalan Raya Cigudeg, butuh waktu sekitar satu jam setengah untuk sampai ke rumah Pak RW yang jadi tem­pat siswa MI Maftahul Anwar sekolah.

Siapa pun yang hendak ke kam­pung ini harus menembus ham­paran kebun sawit. Sebagian jalan di sana juga rusak akibat dilintasi truk tambang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X