Senin, 22 Desember 2025

Sanksi Dosen Tunggu Rapat Senat

- Kamis, 29 November 2018 | 12:55 WIB

METROPOLITAN - Pasca-viralnya percakapan di grup mahasiswa Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) terkait adanya kewajiban ma­hasiswa ikut Reuni 212 seba­gai pengganti nilai Ujian Tengah Semester (UTS), Rektor UIKA Bogor Ending Bahruddin memanggil Kita akan rapatkan sebesar apa kesalahannya lewat rapat senat. Secara garis besar ada beberapa tingkatan hukuman yang nantinya akan kami berikan, mulai dari SP satu, SP dua hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) langsung kepada dosen yang bersangkutan.­

Ending mengaku pihaknya tidak pernah memberi perintah maupun imbauan kepada ma­hasiswanya ataupun civitas aka­demik untuk ikut Reuni Aksi 212 pada Minggu (2/12) di Jakarta.

“UIKA sebagai lembaga per­guruan tinggi tidak pernah mengeluarkan perintah atau imbauan kepada civitas akade­mik untuk mengikuti acara Re­uni Aksi 212, baik itu secara tertulis ataupun lisan. Karena kita paham universitas adalah lembaga yang netral. Kalaupun individu ada yang melakukan, itu merupakan hak masing-masing,” tuturnya saat dijumpai Metropolitan, kemarin siang.

Ending juga mengaku pihaknya sangat mengecam keras jika ada oknum yang berani mengaitkan kegiatan akademik dengan bera­gam kegiatan nonakademik.

“Tidak boleh seorang dosen mengaitkan masalah akademik dengan masalah nonakademik. Acara 212 tidak ada kaitannya dengan akademik, jadi jangan sampai disangkutpautkan dengan kegiatan akademik,” tegas Ending.

Disinggung soal kebenaran kasus tersebut, pihaknya menga­ku sudah memanggil dan me­minta keterangan dari oknum dosen yang diduga menyalah­gunakan wewenangnya. Terma­suk soal adanya dugaan tukar guling nilai UTS dengan Reuni 212.

“Saya sudah memanggil dosen­nya. Beliau memang belum melaksanakan UTS karena ada keterlambatan dan hal lainnya, karena beliau juga merupakan salah satu wakil dekan. Karena syarat dilaksanakannya UTS minimal sudah tujuh kali perte­muan. Beliau belum sampai tujuh kali tatap muka dengan mahasiswa, sehingga belum bisa menggelar UTS,” jelasnya.

Ending juga sempat membe­berkan kronologis sebenarnya menurut versi dosen tersebut. “Ada saran dari ketua kelas (komti) yang memberikan usul untuk mengerjakan tugas seba­gai pengganti UTS. Dia juga me­nanyakan kepada dosen, boleh tidak untuk mengikuti Reuni Aksi 212,” beber Ending lengkap dengan peragaannya.

Ditanya soal validitas cerita sang dosen, Ending mengaku belum dapat memastikan kebenaran­nya. Mengingat pihaknya belum memanggil perwakilan maha­siswa Fakultas Agama Islam (FAI) jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester V. “Kita juga belum sempat memanggil komti atau perwakilan mahasiswa terkiat kejadian yang sebenarnya, ini baru penjelasan dan cerita dari dosennya saja,” terangnya.

Tak hanya itu, Ending juga mengaku akan memberi sanksi tegas jika kasus ini benar adanya. “Saya sudah sampaikan kepada dosen yang bersangkutan, kalau betul anda mengaitkan masalah akademik dengan masalah 212, maka anda akan kena hukuman. Karena masalah ini sangat tidak benar,” ujarnya.

Disinggung soal hukuman yang nantinya bakal diberikan, Ending mengaku tidak bisa menjelaskan sekarang, mengingat ada bebe­rapa prosedur yang mesti dila­kukan. Yakni melalui rapat senat. “Kita akan rapatkan sebesar apa kesalahannya lewat rapat senat. Secara garis besar ada beberapa tingkatan hukuman yang nanti­nya akan kami berikan, mulai dari SP satu, SP dua hingga Pemu­tusan Hubungan Kerja (PHK). Karena hal tersebut sudah men­jadi aturan baku di Yayasan UIKA Bogor ini,” tutupnya.

Sementara itu, salah satu ma­hasiswa FAI Jurusan PAI Semes­ter Vc Muhammad Fikri menje­laskan awalnya ia juga tidak percaya adanya pergantian UTS dengan Reuni Aksi 212 seperti yang beredar saat ini. “Awalnya saya tahu dari chat di grup Whats­App, ada yang bikin broadcast bahwa UTS itu diganti dengan ikut Reuni Aksi 212, screenshot yang viral itu dari handphone saya,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Wakwaw kepada Metro­politan, kemarin sore.

Bahkan ia juga sempat me­nanyakan kebenaran hal itu kepada sejumlah rekannya, ter­masuk teman satu kelasnya yang membuat pesan broadcast lewat aplikasi chat berbasis Andorid WhatSapp. “Saya juga sempat nanya berkali-kali ke teman saya yang kirim broadcast lewat Whats­App itu, ini benar UTS diganti dengan Reuni Aksi 212, katanya benar itu langsung dari Pak Dah­lan,” kata Fikri sambil memera­gakan pertanyaan kepada teman­nya bernama Nenden.

Ia juga sempat mempertanya­kan terkait tulisan wajib yang terdapat dalam broadcast Whats­App tersebut. “Kan dalam bro­adcast itu ada tulisan wajib, saya juga sempat nanya lagi ke teman saya yang bikin broadcast-nya, ini beneran wajib kata Pak Dah­lan apa gimana. Teman saya jawab iya itu wajib,” ulangnya lagi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X