Minggu, 21 Desember 2025

Telur Naik, Daging Ayam Selangit Ganti Harga Jelang Ganti Tahun

- Jumat, 21 Desember 2018 | 07:43 WIB

METROPOLITAN - Peringatan Natal dan pergantian tahun tinggal menghitung hari. Semaraknya mulai terasa di tiap sudut kota. Namun dibalik kemeriahannya, harga sejumlah bahan pokok mulai merangkak naik. Harga telur melejit, sementara daging ayam melangit.

Di Pasar Gunungbatu, Kota Bogor, kenaikan daging ayam mencapai Rp4.000 – Rp8.000 dari harga normal sekitar Rp36.000- Rp38.000 perkilogram. Tak mau ketinggalan, tulur pun ikut naik. Kenaikannya mencapai Rp2.000 perkilogram dari harga normal sebesar Rp25.000.

“Kalau ayam udah diatas Rp40.000 perkilo. Kalau telur sekarang bisa Rp27.000 lebih perkilo. Sudah sejak awal bulan,” kata salah satu pedagang, Carlie.

Kenaikan harga pun sudah dirasakan oleh pelaku usaha katering. Pemilik Katering Z&D, Slamet Warsono mengaku kenaikan sudah dirasa sejak minggu-minggu ini.

Beberapa bahan pokok yang naik salah satunya adalah daging ayam. Sehari-hari, Slamet biasanya membeli ayam dengan harga Rp30.000. Namun belakangan ini, harganya bisa mencapai Rp35.0000 – Rp38.000.

Selain itu, harga telur juga diakuinya mengalami kenaikan. Ada kenikan dari harga agen yang biasanya Rp25.000 perkilogram menjadi Rp27.000 – Rp28.000. Sementara untuk sayuran, mengalami kenaikan juga namun tidak terlalu signifikan.

“Beras juga lumayan, biasanya yang harga 110 ribu perkarung kecil isi 10 kilogram cukup bagus. Tapi sekarang 110 itu cuma dapet yang di bawahnya, agak kuning berasnya. Yang cukup naik itu ayam, telur, beras sama daun pisang ikut naik juga. Rp8000 sekarang bisa Rp12.000 – Rp15.000, itupun susah dicari,” tutur Slamet.

Bagi Slamet, kenaikan harga bahan pokok seperti ini cukup berdampak pada usaha yang digelutinya sejak 2002 lalu. Sebab, di kondisi saat ini, dirinya merasa tidak mungkin menaikan harga. Di sisi lain, persaingan di dunia katering ini semakin banyak. Sebagai solusinya, Slamet terpaksa memangkas ukuran atau isi kateringnya meski harus mendengar komplain dari konsumennya.

“Opsinya mengecilkan ukuran atau isi. Misal biasanya ayam satu kilo dipotong 8 jadi potong sembilan. Kadang ada pelanggan yang mengerti, ada juga yang ngeluh misal alasannya udah langganan ko dinaikin. Ada juga yang seperti itu. Karakter konsumen beda-beda,” ungkapnya.

Slamet menyadari kenaikan harga jelang Natal dan tahun baru itu sudah seperti menjadi siklus tahunan. Tak ubahnya seperti menjelang Idul Fitri dan Idul Adha. Padahal, dirinya melihat harga di petani masih dalam kondisi standar.

“Kalau diliat memang seperti itu, kaya di liburan sekolah, lebaran, tahun bau pasti ada kenaikan harga. Saya juga nggak tau permasalahannya dimana. Tapi sepertinya kalau dari petani masih standar-standar aja. Kenaikan pun tidak terlalu signifikan. Ngga tau kalau dari tengkulak sampai penjualnya,” heran Selamet.

Sementara itu, Kepala Unit Pasar Jambu Dua, Andrian Hikmatulloh mengaku sudah mendengar kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok. Namun, ia belum bisa memastikan berapa kenaikannya karena update harga terbaru baru akan dilakukan hari ini.

“Saya sudah menginstruksikan update sembako, kebetulan besok (hari ini, red) ada kegiatan bersama Pemkot untuk mengecek harga di Pasar Kebonkembang dan Jambu dua. Telur itu memang lagi naik, mungkin dari cuaca. Sebelumnya juga sempat tinggi banget tapi sempat turun lagi. Memang telur sama ayam,” kata Andrian, tadi malam.

Menurutnya, kenaikan jelang Natal dan tahun baru memang biasa terjadi. Namun, kenikan biasanya tidak sitinggi ketika Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X