METROPOLITAN - Gempa Magnitudo 6,9 kembali mengguncang Kabupaten Pandeglang Banten dan sekitarnya. Gempa yang terjadi sekitar pukul 19:05 WIB itu begitu terasa di Bogor, Cianjur, Sukabumi dan beberapa kota lainnya. Karena takut terjadi tsunami, sejumlah warga berhamburan ke perbukitan.
Kepala Basarnas Jawa Barat Deden Ridwansah menginstruksikan langsung kepada seluruh petugas siaga untuk siap sedia. Untuk warga di wilayah Sukabumi dan Cianjur Selatan, Ridwansah mengatakan, sebagian besar warga pesisir sudah mengungsi. ”Khusus di wilayah Sukabumi dan Cianjur Selatan sudah mengungsi ke daerah perbukitan,” katanya.
Warga Palabuhanratu, Deni Abdul Khalik, mengatakan bahwa saat kejadian sejumlah warga di Palabuhanratu, Panyairan, Cangehgar dan Patuguran sudah mulai mengosongkan rumahnya. ”Kondisi panik, saya ke rumah orang tua sudah kosong. Posisinya sebagian rumah, terutama yang di pinggir pantai, sudah dalam keadaan kosong. Saya masih mencari ibu saya,” kata Deni, Jumat (2/8) malam.
Deni mengaku tidak ada perintah untuk melakukan evakuasi mandiri, namun mereka terpicu pemberitaan gempa dengan kekuatan yang berpotensi tsunami di televisi. ”Kami khawatir karena informasinya akan ada tsunami. Sebagian warga mengungsi ke tempat lebih tinggi. Ada yang sampai ke daerah perbukitan di Cimanggu,” tutur Deni.
Dihubungi terpisah, Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi membenarkan kondisi warga yang panik hingga melakukan evakuasi mandiri. Seluruh personel polsek pun diperintahkan untuk mengawal proses tersebut. ”Saya sudah perintahkan personel untuk mengimbau warga, terutama di wilayah Palabuhanratu, Ujung Genteng, Cikakak, Ciemas dan wilayah lainnya yang berdekatan dengan bibir pantai, mereka harus meninggalkan bibir pantai sejauh satu kilometer,” kata Nasriadi.
”Kita juga minta polsek jajaran untuk memantau tanda-tanda alam. Kalau ada air surut atau gelombang naik, segera melaporkan,” tambahnya.
Ia mengaku belum tahu pasti berapa banyak jumlah warga yang telah mengungsi. Ia hanya mengatakan bahwa masyarakat mengungsi dengan berjalan kaki. Namun ada pula yang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Mereka semua meninggalkan kawasan pantai, dibungkus rasa panik dan cemas. Tidak ada yang membawa banyak barang bawaan.
Selain di Cianjur dan Sukabumi, gempa 6,9 magnitudo itu cukup membuat panik masyarakat Bogor. Sejumlah pengunjung mal Botani Square berhamburan ke luar gedung karena merasakan gempa yang cukup besar. Para pengunjung mulai merasakan getaran pukul 19:03 WIB. Mereka yang berada di lantai atas lantas berbondong-bondong turun menggunakan eskalator mengarah ke pintu keluar.
Warga Bogor, Syaeful Rochman (28), mengaku ikut berlari ke luar mal menggendong anaknya yang berusia satu tahun karena khawatir peristiwa buruk akan terjadi. ”Kencang sekali, terasa goyangnya. Ngeri kalau terus di dalam, karena kan bangunan bertingkat. Jadi lebih baik kita lari ke luar menghindari kejadian buruk,” ujarnya.
Ketika gempa sekitar 15 menit itu berlangsung, sebagian pengunjung menunggu di halaman luar gedung, sebagian lagi menunggu gempa berhenti dalam mal. Begitu juga di Rumah Sakit Hermina Bogor, puluhan pasien berhamburan ke luar gedung. Mereka masih dipasangi infusan bahkan berkursi roda. Dita Febriana (23), salah seorang pasien, mengaku awalnya tidak mengetahui adanya gempa. Namun ketika melihat sejumlah pasien berlarian, ia pun ikut panik.
Wanita yang tengah mengandung lima bulan itu pun ikut berlari ke luar gedung. Bahkan, menurutnya, banyak pasien yang darahnya naik ke infusan karena panik merasakan gempa yang cukup kencang. “Itu banyak pasien yang darahnya naik ke infusan. Mereka turun lewat tangga karena nunggu lift lama,” paparnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa Banten yang terjadi pada Jumat (2/8) malam itu berjenis gempa dangkal akibat deformasi batuan di lempeng Indo-Australia. Penjelasan itu berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber dari BMKG.
”Bahwa gempa bumi terjadi dengan mekanisme pergerakan naik atau dari patahan naik di dalam lempeng Indo-Australia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta.
Sebelumnya, BMKG meralat kekuatan gempa Banten. Awalnya gempa Banten disebut berkekuatan 7,4 skala richter. BMKG meralatnya menjadi 6,9 skala richter. Episenter gempa bumi, jelas Dwikorita, terletak pada koordinat 7,32 derajat Lintang Selatan dan 104,75 derajat Bujur Timur. Tepatnya berada di laut dengan kedalaman 4,8 km pada jarak 164 km barat daya Kota Pandeglang, Banten.