Senin, 22 Desember 2025

Diguncang Gempa, Warga Sukabumi-Cianjur Kabur Ke Bukit

- Sabtu, 3 Agustus 2019 | 10:00 WIB

METROPOLITANGempa Magnitudo 6,9 kembali mengguncang Kabupaten Pandeglang Banten dan sekitarnya. Gempa yang terjadi sekitar pukul 19:05 WIB itu begitu terasa di Bogor, Cianjur, Sukabumi dan beberapa kota lainnya. Karena takut terjadi tsunami, sejumlah warga berhamburan ke perbukitan.

Kepala Basarnas Jawa Barat Deden Ridwansah mengin­struksikan langsung kepada seluruh petugas siaga untuk siap sedia. Untuk warga di wi­layah Sukabumi dan Cianjur Selatan, Ridwansah mengata­kan, sebagian besar warga pesisir sudah mengungsi. ”Khu­sus di wilayah Sukabumi dan Cianjur Selatan sudah men­gungsi ke daerah perbukitan,” katanya.

Warga Palabuhanratu, Deni Abdul Khalik, mengatakan bahwa saat kejadian sejumlah warga di Palabuhanratu, Pa­nyairan, Cangehgar dan Patu­guran sudah mulai mengosong­kan rumahnya. ”Kondisi panik, saya ke rumah orang tua sudah kosong. Posisinya sebagian rumah, terutama yang di ping­gir pantai, sudah dalam keada­an kosong. Saya masih men­cari ibu saya,” kata Deni, Jumat (2/8) malam.

Deni mengaku tidak ada perintah untuk melakukan evakuasi mandiri, namun me­reka terpicu pemberitaan gempa dengan kekuatan yang berpotensi tsunami di televisi. ”Kami khawatir karena infor­masinya akan ada tsunami. Sebagian warga mengungsi ke tempat lebih tinggi. Ada yang sampai ke daerah perbukitan di Cimanggu,” tutur Deni.

Dihubungi terpisah, Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mem­benarkan kondisi warga yang panik hingga melakukan eva­kuasi mandiri. Seluruh perso­nel polsek pun diperintahkan untuk mengawal proses terse­but. ”Saya sudah perintahkan personel untuk mengimbau warga, terutama di wilayah Palabuhanratu, Ujung Genteng, Cikakak, Ciemas dan wilayah lainnya yang berdekatan dengan bibir pantai, mereka harus me­ninggalkan bibir pantai sejauh satu kilometer,” kata Nasriadi.

”Kita juga minta polsek jajaran untuk memantau tanda-tanda alam. Kalau ada air surut atau gelombang naik, segera mela­porkan,” tambahnya.

Ia mengaku belum tahu pasti berapa banyak jumlah warga yang telah mengungsi. Ia hanya mengatakan bahwa masyarakat mengungsi dengan berjalan kaki. Namun ada pula yang menggunakan ken­daraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Mereka semua meninggalkan kawasan pantai, dibungkus rasa panik dan cemas. Tidak ada yang membawa banyak barang ba­waan.

Selain di Cianjur dan Suka­bumi, gempa 6,9 magnitudo itu cukup membuat panik ma­syarakat Bogor. Sejumlah pen­gunjung mal Botani Square berhamburan ke luar gedung karena merasakan gempa yang cukup besar. Para pengunjung mulai merasakan getaran pu­kul 19:03 WIB. Mereka yang berada di lantai atas lantas berbondong-bondong turun menggunakan eskalator menga­rah ke pintu keluar.

Warga Bogor, Syaeful Rochman (28), mengaku ikut berlari ke luar mal menggendong anaknya yang berusia satu tahun ka­rena khawatir peristiwa buruk akan terjadi. ”Kencang sekali, terasa goyangnya. Ngeri kalau terus di dalam, karena kan bangunan bertingkat. Jadi lebih baik kita lari ke luar menghin­dari kejadian buruk,” ujarnya.

Ketika gempa sekitar 15 me­nit itu berlangsung, sebagian pengunjung menunggu di ha­laman luar gedung, sebagian lagi menunggu gempa ber­henti dalam mal. Begitu juga di Rumah Sakit Hermina Bogor, puluhan pasien berhamburan ke luar gedung. Mereka masih dipasangi infusan bahkan ber­kursi roda. Dita Febriana (23), salah seorang pasien, menga­ku awalnya tidak mengetahui adanya gempa. Namun ketika melihat sejumlah pasien ber­larian, ia pun ikut panik.

Wanita yang tengah mengandung lima bulan itu pun ikut berlari ke luar gedung. Bahkan, menurutnya, banyak pasien yang darahnya naik ke infusan karena panik merasa­kan gempa yang cukup kencang. “Itu banyak pasien yang dar­ahnya naik ke infusan. Mereka turun lewat tangga karena nunggu lift lama,” paparnya.

Sementara itu, Badan Me­teorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa Banten yang terjadi pada Jumat (2/8) malam itu berjenis gempa dangkal aki­bat deformasi batuan di lem­peng Indo-Australia. Penje­lasan itu berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber dari BMKG.

”Bahwa gempa bumi terjadi dengan mekanisme pergerakan naik atau dari patahan naik di dalam lempeng Indo-Australia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta.

Sebelumnya, BMKG meralat kekuatan gempa Banten. Awal­nya gempa Banten disebut berkekuatan 7,4 skala richter. BMKG meralatnya menjadi 6,9 skala richter. Episenter gempa bumi, jelas Dwikorita, terletak pada koordinat 7,32 derajat Lintang Selatan dan 104,75 derajat Bujur Timur. Tepatnya berada di laut dengan kedala­man 4,8 km pada jarak 164 km barat daya Kota Pandeglang, Banten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X