METROPOLITAN - Adanya kabar penculikan siswa SDN Tajur 02 pada Selasa (6/8) sontak membuat kaum ibu khawatir. Terlebih modus penculikan ini bukan hanya diiming-imingi jajan atau uang. Pelakunya bahkan menghipnotis korban agar menuruti permintaannya. Seperti GFR (10), siswa kelas V SDN Tajur 02, yang berhasil melarikan diri dari orang yang telah membawanya dari sekolah.
Kejadian itu bermula saat GFR tengah asyik jajan di luar sekolah saat jam istirahat. Tiba-tiba seseorang datang menggunakan masker lalu menepuk bahu GFR. Tanpa disadari, bocah lugu itu langsung menuruti segala sesuatu yang dikatakan dan diperintahkan orang misterius tersebut.
Beruntungnya GFR masih bisa melarikan diri lantaran pelaku saat itu mampir ke tempat pengisian bahan bakar. “Karena bensin motor pelaku habis, mereka mampir dulu isi bensin di kawasan Tajur. GFR yang saat itu setengah sadar langsung melarikan diri ke perkampungan sekitar,” kata Wakapolsek Bogor Timur AKP Yuni Astuti saat dikonfirmasi Metropolitan, kemarin.
GFR yang saat itu ditemukan warga dalam kondisi setengah sadar langsung diamankan warga Kampung Tajur, RT 01/01. Warga yang kebetulan alumni SDN Tajur tersebut membawanya ke Gereja Zebaoth sesuai permintaan GFR. “Diamankan warga sekitar pukul 12:00 WIB. Diantar ke gereja sekitar pukul 12:45 WIB,” sambung Yuni.
Hilangnya bocah itu diketahui pihak sekolah ketika masuk jam pelajaran usai istirahat. GFR tak kunjung tampak di ruang kelasnya hingga membuat sang guru kebingungan. Seluruh pihak sekolah pun tak ada yang mengetahui keberadaan GFR. Merasa ada yang janggal, pihak sekolah kemudian mencoba mengonfirmasi keluarga bocah tersebut.
“Akhirnya pihak sekolah menelepon ibu anak itu untuk memastikan apakah si anak pulang. Tapi di rumah juga ternyata tidak ada. Si ibu lalu datang ke sekolah dan diantar ke polsek untuk melapor kepada kami,” bebernya.
Ketika mendapat telepon dari sang anak bahwa dirinya berada di gereja sekitar pukul 13:00 WIB, sang ibu yang kala itu didampingi pihak sekolah, Polsek Bogor Timur dan Dinas Pendidikan (Disdik) langsung datang ke lokasi untuk menjemputnya. Beruntung tak ada luka tanda kejahatan di tubuh GFR. Hanya sebatas trauma kecil usai kejadian tersebut.
Kasus penculikan pelajar di Kota Bogor bukanlah kali pertama. Sebelumnya beberapa kasus sempat terjadi, seperti yang dialami RI (7) yang diculik bekas sopir keluarganya pada 2018. Modus pelaku meminta sopir antar-jemput sekolah menurunkan RI di sekitar Jalan Pajajaran, dengan alasan akan diajak ke salah satu mal untuk mendapatkan kejutan dari orang tuanya. Saat di mobil antar-jemput sekolah, saksi (sopir sekolah, red) menanyakan kepada RI mengenai S. Setelah mendapatkan konfirmasi pembenaran, saksi menurunkannya di tengah jalan.
Selama penculikan, pelaku mengaku membawa RI berkeliling Bogor. Selain itu, ia juga menghubungi orang tua RI untuk meminta sejumlah uang tebusan. Sang anak hanya mengalami syok. Namun demikian, ia memastikan korban tidak mendapat perlakuan tidak menyenangkan atau kekerasan.
Begitu juga yang dialami AA (11), siswa kelas F SD Al Kautsar, Bantarjati, Bogor Utara, pada 2016 silam. Seorang saksi, Icha (40), warga Bantarjati, Bogor Utara, mengatakan bahwa penculikan itu terjadi sekitar pukul 17:00 WIB. Penculikan itu berawal saat AA dan teman-temannya bermain sepeda.
Saat AA berada di TPU Bojongenyod, tiba-tiba pria dewasa menyergap AA dari belakang dan membekapnya sehingga AA tak sadarkan diri. Ketika berada di Jalan Pajajaran, di depan RS PMI Bogor, AA sadar. Bocah itu lalu berusaha melepaskan ikatan di kakinya, kemudian melompat dari mobil. ”Dari keterangan korban, pelakunya dua pria dewasa. Mereka menggunakan mobil Ford Ranger,” beber Icha.
Saat melompat dari mobil, lanjut Icha, AA ditolong warga yang hendak ke RS PMI. AA kemudian dibawa warga ke Perumahan Indraprasta, tepatnya di dekat Masjid Al Muslimun. Oleh satpam setempat, AA diantar ke rumah orang tuanya.
”Kondisi anaknya sekarang baik-baik saja. Dari keterangan anaknya, dia sempat mendengar pelaku berbicara dengan seseorang di telepon. Pelaku meminta rekannya menunggu di Giant karena sudah dapat satu anak. Sepeda AA dibawa pelaku,” paparnya.
Maraknya penculikan bocah di Bogor membuat Disdik Kota Bogor bereaksi cepat. Kadisdik Kota Bogor Fahrudin mengaku telah menginstruksikan sekolah agar lebih waspada lagi. Ia juga meminta pihak sekolah selalu mengawasi para peserta didiknya, baik dalam kelas maupun saat di lingkungan sekolah, seperti sedang istirahat.