Senin, 22 Desember 2025

Warga Nanggung Pilih Berkemah di Kebun Teh

- Jumat, 23 Agustus 2019 | 10:03 WIB
MIRIS: Warga Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, mengungsi di tenda darurat lantaran gempa terus-menerus terjadi selama tiga hari berturut-turut.
MIRIS: Warga Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, mengungsi di tenda darurat lantaran gempa terus-menerus terjadi selama tiga hari berturut-turut.

METROPOLITAN -  “Takut balik ke rumah, takut gempa lagi,” ujar salah seorang warga.

Meski harus berdesak-desakan di tenda sepanjang delapan meter dan hanya beralaskan tikar, warga Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, lebih memilih mengungsi di tenda dadakan yang didirikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Sebab, dalam sehari mereka bisa merasakan empat sampai lima kali gempa bumi hingga jadi trauma tersendiri.

Sejak Sabtu (10/8), kehidu­pan warga di barat Kabupaten Bogor itu tak bisa tenang. Ma­kan tak enak, mandi tak tenang, panik lantaran gempa pun terus dirasakan warga. Terparah, sejak Senin sampai Rabu (18-21/8), gempa yang terus ter­jadi membuat warga trauma. Sampai-sampai banyak yang tidur di teras rumah.

Meski jenuh dan capek, belum lagi kondisi tenda yang seada­nya, warga memilih tetap ber­tahan di pengungsian di area terbuka perkebunan teh yang berbatasan langsung dengan Sukabumi karena takut gempa susulan terus terjadi.

“Terakhir Rabu (21/8) malam, trauma mungkin ya, ada tidur di teras rumah sebelum pemda (pe­merintah daerah) bikin tenda buat antisipasi. Warga pada milih ke sana. Gempanya terus-terusan sih,” ungkap warga setempat, Faisal.

Belum lagi saat malam. Su­asana perkebunan makin ma­lam makin dingin. Beberapa bocah yang tidak nyaman tidur pun sesekali menangis. Namun apa daya, lebih baik tinggal di tenda darurat daripada harus deg-degan tidur di rumah, kha­watir gempa susulan.

Tenda darurat pun sengaja dibuat untuk antisipasi warga karena gempa terhitung sering terjadi. Dalam dua hari saja, meski di bawah magnitudo empat, gempa terus terjadi. Diduga gempa itu berpusat di barat daya kaki Gunung Salak.

Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lima hingga dua kali gempa terjadi pada 19 Agustus, yakni pukul 08:13 dan 22:52 WIB, dengan kekuatan 2,5-3 magni­tudo. Lalu pada Rabu (21/8) dini hari terjadi hingga magni­tudo 3,9, yang membuat warga berhamburan keluar rumah. Kemudian pada pukul 11:24 dan 20:49 WIB dengan kekua­tan magnitudo 3,3-3,4.

-

Tak kurang 80 Kepala Kelu­arga (KK) atau sekitar 250 jiwa pun hingga kini masih men­gungsi di tenda darurat yang didirikan Badan Penanggu­langan Bencana Daerah (BPBD) maupun masyarakat setempat.

“Tenda darurat sengaja kami buat bareng BPBD untuk anti­sipasi karena gempa terus-te­rusan terjadi. Tapi sampai ma­lam ini (kemarin, red) warga sudah berangsur pulang ke rumah masing-masing karena gempa juga sudah tidak terjadi lagi,” kata Camat Nanggung Mulyadi kepada Metropolitan, kemarin.

Ia mengakui rasa kha­watir menjadi dasar dibuatnya tenda darurat agar bisa ditanga­ni bersama BPBD, meski gem­pa yang terjadi di bawah mag­nitudo tiga. Tenda itu dibuat untuk sekitar 30-50 warga. Apalagi kebanyakan warga di Malasari rumahnya masih ter­buat dari kayu, sehingga masih cukup aman jika gempa ter­jadi.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor pun bakal mendistribusikan bantuan lo­gistik seperti sembako ke Desa Malasari, sembari menunggu kajian dari BMKG yang tengah mengkaji jenis gempa yang terjadi. “Lagi ada tim dari BMKG untuk melihat kontur tanah di sini gimana. Nanti datanya ke BPBD, baru ke wilayah. Kami akui ya, warga trauma lah. Ma­kanya tenda tetap dipertahan­kan beberapa hari ke depan, sembari menunggu bantuan dan hasil kajian dari BMKG, gempa apa yang terjadi bebe­rapa hari ini,” jelasnya.

Tercatat sedikitnya sembilan rumah rusak akibat gempa dengan kedalaman 24 kilome­ter di wilayah Kabupaten Su­kabumi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (21/8) sekira pukul 03:06 WIB. ”Bantuan sudah dikirim, termasuk kebutuhan tenda,” ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor Budi Pra­nowo, Kamis (22/8).

Terpisah, Kepala Bidang In­formasi Gempa Bumi dan Pe­ringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengakui seringnya terjadi gempa tersebut menam­bah resah masyarakat. Banyak pertanyaan warga yang dilon­tarkan kepada BMKG terkait meningkatnya aktivitas gempa di wilayah Kabupaten Bogor itu. Diperkirakan termasuk gempa kategori tiga, yang dici­rikan dengan munculnya akti­vitas gempa yang berlangsung secara terus-menerus dengan magnitudo yang relatif kecil tanpa ada gempa utama.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X