METROPOLITAN - Sejak 1985, jalur Puncak, Bogor, menjadi sarang kemacetan. Berbagai formulasi belum ditemukan untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi, khususnya pada hari-hari libur. Bahkan tingkat kepadatan di jalur Puncak kian bertambah dikarenakan meningkat pula jumlah kendaraan yang melalui jalur pariwisata nomor wahid di Bumi Tegar Beriman tersebut.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) akhirnya turun tangan untuk mencari solusi kemacetan di jalur Puncak tersebut. Direktur Angkutan BPTJ Aca Mulyana mengatakan, dalam waktu dekat, BPTJ akan mencoba sistem baru yaitu kanalisasi 2-1 (dua jalur untuk kendaraan naik dan satu jalur untuk kendaraan turun, red) di jalur Puncak.
Menurutnya, jalur Puncak sepanjang 22 kilometer dari simpang Gadog sampai Puncak Pass akan menjadi jarak uji coba yang akan dilakukan dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan.
“Kami dari BPTJ melihat bahwa di jalur Puncak ini memang masih selalu macet. Maka dari itu, kami bekerja sama dengan Satlantas Polres Bogor, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), serta masyarakat untuk mencoba mengurai kemacetan di jalur Puncak ini,” katanya kepada Metropolitan.
Aca mencatat saat ini di jalanan Puncak yang merupakan milik pemerintah pusat itu ada enam titik fokus kemacetan, yaitu di simpang Gadog, simpang Megamendung, simpang Taman Safari, Pasar Cisarua, Pasir Angin dan Pasirmuncang, yang sampai saat ini masih belum bisa diuraikan dengan sistem one-way atau satu arah.
Sistem kanalisasi 2-1 yang diusung BPTJ akan menggunakan jalur-jalur alternatif yang ada di pinggiran jalur utama Puncak. Sehingga semua kendaraan, baik yang mau naik ataupun turun, bisa berjalan tanpa adanya penutupan jalur yang dinilai kurang efektif karena memperlambat waktu tempuh sebuah kendaraan. “Dalam sistem ini, kita memberikan kesempatan yang sama bagi kendaraan yang mau naik ataupun turun,” terangnya.
Aca melanjutkan, nantinya semua kendaraan juga akan disaring, sehingga bagi kendaraan yang hanya melintas saja atau bukan bertujuan untuk berwisata akan diarahkan melalui jalur Sukabumi ataupun Jonggol, guna meminimalisasi volume kendaraan yang melewati jalur Puncak.
Untuk jalur alternatif yang ada di sekitaran Puncak, nantinya yang akan mengontrol atau menjaga keamanannya adalah polisi lingkungan warga (polingga), yang sejauh ini sudah diberikan arahan dan juga pelatihan oleh aparat setempat. “Ini akan menguntungkan pihak pengelola pariwisata ya. Karena dengan jalur yang lancar maka perputaran roda ekonomi. Untuk masyarakat juga tentunya akan membantu menghidupkan potensi yang ada di jalur alternatif yang dilewati kendaraan,” tandasnya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Bogor AKP Fadli Amri mengatakan, penerapan kanalisasi merupakan salah satu solusi alternatif rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan di kawasan Puncak. ”Hari ini dilakukan survei awal bersama Kemenhub untuk persiapan alternatif solusi mengurai kemacetan Puncak,” kata Fadli usai apel gabungan bersama Kemenhub, Minggu (8/9).
Ia mengatakan, kanalisasi kendaraan roda dua maupun empat akan diuji coba dalam waktu dekat ini. Rencananya, sistem kanalisasi sepanjang jalur Puncak meliputi dua lajur kendaraan bergerak naik, dengan satu lajur kendaraan bergerak turun atau sebaliknya.
Metode yang digunakan dengan memasang traffic cone berjajar dengan disambung tali tambang di tengah jalan atau menggunakan berrier. ”Ini memerlukan kanalisasi yang cukup panjang, baik personel maupun barrier. Karena dari Pos Gadog hingga Puncak Pass jaraknya 22 km,” katanya.
Karena itu, penerapan kanalisasi harus didukung semua pihak dan memberdayakan polingga. Selain itu, pihaknya juga akan mengoptimalkan jalur alternatif Cibubur-Cileungsi-Jonggol untuk mengurangi beban kendaraan di jalur Puncak.
Selama uji coba, kanalisasi akan dilakukan evaluasi secara bertahap, bagaimana dampak kepada pergerakan kendaraan dari sisi waktu tempuh maupun keselamatan berkendara. Sebab, yang paling penting adalah keamanan pengendara.
”Memang saat ini rekayasa lalin yang paling efektif adalah one way (satu arah) karena memangkas waktu tempuh kendaraan yang melintas. Dengan one way bisa memangkas hingga setengah dari waktu tempuh kendaraan apabila diberlakukan normal dua arah,” jelasnya.