METROPOLITAN - Mengikhlaskan buah hati tercinta menjadi korban pelecehan seksual dan kekerasan, bukanlah perkara mudah dijalani orang tua mana pun. Termasuk Mamah (40), warga Kampung Jayanti, RT 01/03, Desa Cijayanti, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, yang harus merelakan anaknya tewas usai disodomi tetangganya.
Raut murung penuh kesedihan terpancar jelas di wajah Mamah saat mengenang MM (11) yang tewas lantaran menjadi korban sodomi tetangga. Siapa sangka, pamitnya MM kepada Mamah untuk menunaikan istigasah merupakan momen terakhir Mamah melihat putra tercintanya.
Sabtu (3/8) sekitar pukul 20:00 WIB, MM pamit kepada keluarga untuk menunaikan istigasah lebih awal bersama temannya di Pondok Pesantren Assalafy yang berjarak sekitar satu kilometer dari kediamannya.
Di waktu bersamaan, Mamah dan sang ayah, Sayuti, juga pergi ke tempat yang sama dengan MM. Sesampainya di lokasi istigasah di Pondok Pesantren Assalafy, Mamah dan Sayuti sama sekali tidak melihat putranya yang konon hendak pergi bersama rekan-rekannya ke tempat istigasah.
Tak ada sedikit pun rasa curiga di hati dan pikiran Mamah juga Sayuti, kala tak menemukan MM di Pondok Pesantren Assalafy. Bahkan mereka mengira anaknya pergi bermain dengan teman-temannya, sebab kala itu masih dalam momen libur sekolah. Namun siapa sangka, ketenangan keduanya berujung duka mendalam.
MM ditemukan tergeletak tak bernyawa, keesokan harinya pada Minggu (4/8), tak jauh dari kediamannya. Melihat MM dalam kondisi seperti itu, Mamah dan Sayuti langsung bertanya kepada teman MM yang konon berangkat dengan putranya malam itu. Namun tak satupun dari mereka yang pergi bersamanya di malam ia berpamitan untuk istigasah.
”Sabtu pamit, Minggu sekitar jam 06:00 WIB jasad anak saya ditemukan tetangga sudah tergeletak kaku tak bernyawa,” aku Mamah sambil berlinang air mata.
Lantaran ketidaktahuan dan lugunya pasangan suami-istri itu, baik Mamah dan Sayuti langsung memakamkan anak keenam dari delapan bersaudaranya itu. Tak ada sedikit pun kecurigaan mereka akan ketidakwajaran kepergian putranya. Ditemukan pukul 06:00 WIB, MM langsung dimakamkan hari itu juga sekitar pukul 11:00 WIB di tanah makam keluarga.
Selang beberapa hari, tetangga dan sanak saudara datang silih berganti ke rumah Mamah dan Sayuti. Rumah sederhana dengan tembok berlapis semen seadanya itu menjadi saksi bisu perbincangan mereka tentang kepergian MM yang tergolong tak wajar dan penuh misteri. Semula, pihak keluarga menolak dilakukan autopsi lantaran jasad MM sudah dikebumikan.
Namun, misteri dan teka teki penyebab kematian MM mesti terkuak. Begitulah yang ada di benak keduanya kala itu. Akhirnya, keluarga menyetujui membongkar makam MM untuk diautopsi, selang jasad MM dimakamkan lima hari lalu.
”Akhirnya saya setuju untuk diautopsi. Kita juga pengin tahu, apa dan kenapa anak kami bisa tiba-tiba meninggal seperti itu,” katanya.
Mamah dan Sayuti pun terkejut saat hasil autopsi menjelaskan ada sejumlah tanda kekerasan di sejumlah bagian tubuh MM. Bekas gigitan di tangan MM hingga ditemukannya bekas jeratan di lehar menjadi bukti kuat MM meninggal lantaran dibunuh. Namun, siapa pembunuhnya? Kala itu masih tanda tanya.
Penyelidikan pun dilakukan pihak kepolisian untuk mengungkap siapa pembunuh MM. Sejumlah saksi satu per satu juga dipanggil untuk dimintai keterangan. Penyidikan terus dikembangkan pihak berwenang, hingga polisi menjatuhkan J (35) sebagai pelaku yang tega menghabisi nyawa bocah malang itu.
Mamah sangat tak menyangka kala mengetahui J adalah pelaku yang tega membunuh anaknya. J yang dikenal selama ini baik, alim, saleh dan rajin ibadah itu rupanya memiliki kepribadian yang buruk dan jahat.