METROPOLITAN - Lagi-lagi kemiskinan jadi penyebab aksi perdagangan manusia.
Seperti dua wanita asal Bogor yang dijual online di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Awalnya mereka dijerat utang dan diiming-imingi kerja bergaji fantastis, dengan berbagai fasilitas yang cukup menggoda. Namun, kenyataannya mereka dijadikan pemuas nafsu para pria hidung belang
SUBDIT IV Direktorat Reserse Kriminal Polda Kepri berhasil mengungkap adanya puluhan perempuan yang dijadikan komoditas perdagangan. Kepala Bidang Humas Polda Kepri Kombes Pol S Erlangga mengatakan, ada 31 korban perempuan di mana dua di antaranya merupakan warga Bogor yang direkrut dengan janji diberi pekerjaan di Batam. ”Mereka diiming-imingi gaji besar agar bisa membeli rumah dan mobil,” kata Erlangga.
Setelah dijanjikan akan bekerja di Batam, ternyata ke-3I korban tersebut diarahkan ke Tanjung Balai Karimun, tepatnya di Kompleks Villa Garden No 58A, Kelurahan Kapling, Kabupaten Karimun. Mereka kemudian diberi utang sebagai modal awal, mulai dari tiket, penginapan dan tempat tinggal.
Dari utang itulah jeratan mulai melilit korban. Para korban tak berdaya hingga akhirnya bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Rata-rata korban masih berusia 18-28 tahun. Mereka dipaksa menjadi PSK dan melayani laki-laki hidung belang dari berbagai negara. Tarifnya Rp600 ribu hingga Rp2 juta per malam.
”Korban yang dijebak menjadi PSK itu dari Jakarta empat orang, Bogor dua orang, Bandung 15 orang, Garut dua orang, Brebes dan Purbalinga empat orang,” beber Erlangga.
Sementara itu, Wakil Direskrimum Polda Kepri AKBP Ari Darmanto menjelaskan, terungkapnya peristiwa tersebut berawal dari informasi Ombudsman bahwa adanya laporan korban bernama LS alias Reva. LS merasa ditipu hingga akhirnya melapor. Polda Kepri dan Reskrimum Tanjung Balai Karimun langsung bergerak menyelamatkan para korban. Polisi juga memburu dua tersangka yang menjadi muncikari dari Batam.
Tersangka Depri Priatna alias Fahlen bersama istrinya, Willi Yana Suswanti alias Jenny, ditangkap di rumahnya di Blok Haji Gofur, RT 01/02, Desa Cigondewahhilir, Kecamatan Margaasih, Bandung. ”Hasil pengembangan, kita menangkap pelaku yang bertugas merekrut korban berinisial BP alias Valen. Korban dijual secara online oleh pelaku,” kata Ari Darmanto.
Valen menipu calon korbannya dengan menyebarkan iklan lowongan pekerjaan melalui aplikasi Beetalk, Line dan Facebook, dengan mencantumkan nomor WhatsApp. ”Setelah dihubungi calon korbannya, pelaku kemudian menawarkan korbannya kerja di Batam,” ungkapnya.
Selain para korban dan kedua pelaku human trafficking atau perdagangan manusia, polisi juga menyita uang Rp15 juta sebagai barang bukti. Keduanya dijerat Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Sementara itu, Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bogor, Euis Hidayat, mengaku tengah berkoordinasi dengan P2TP2A Provinsi Jawa Barat. Menurutnya, penyebab terjadinya perdagangan manusia biasanya dipicu berbagai faktor, salah satunya kemiskinan, pendidikan dan faktor ekonomi.
Ia mengungkapkan banyak perempuan yang tergiur dengan pekerjaan dan upah yang besar. Sehingga memudahkan modus para pelaku melakukan rekrutmen. Terlebih saat ini banyak rekruter (orang yang mencari, red) datang ke pelosok-pelosok kampung untuk mencari targetnya. “Mereka sengaja datang ke kampung-kampung. Karena banyak di Bogor ini orang ingin kerja namun langsung dengan gaji besar, khususnya wanita,” ujarnya kepada Metropolitan.
Jika pendidikan masyarakat di Kabupaten Bogor cukup tinggi, menurut Euis, kemungkinan besar adanya perdagangan manusia hanya sedikit. Sebab, modus yang dilakukan pelaku tidak akan memengaruhi masyarakat. Namun saat ini karena banyaknya warga yang lulusan SD atau SMP, malah memuluskan siasat para pelaku.
“Seperti yang bekerja di luar negeri, itu kan penerima jasanya yang benar. Sebab yang bekerja ke luar negeri sesuai kebutuhan, seperti suster dan perawat. Karena ada pelatihan khusus. Nah, wanita yang direkrut di kampung-kampung terkadang tidak memahami itu,’’ sambungnya.