bogor-raya

Dedie A Rachim Patahkan Mitos, Wakil Bisa Jadi Wali Kota

Kamis, 9 Januari 2025 | 21:26 WIB
Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim memberikan sambutan dalam kegiatan penetapan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor periode 2025-2030.

METROPOLITAN.ID - Di balik penetapan secara resmi Dedie A Rachim sebagai wali kota Bogor terpilih periode 2025-2030, memunculkan fakta menarik.

Dedie A Rachim dinilai berhasil mematahkan mitos yang kerap dikait-kaitkan di pemilihan kepala daerah (pilkada) Kota Bogor, bahwa wakil wali kota Bogor tidak mungkin terpilih menjadi wali kota Bogor.

Mitos ini berkembang karena ada mantan wakil wali kota Bogor yang mencoba peruntungan maju di pilkada Kota Bogor, namun tidak terpilih menjadi wali kota Bogor selanjutnya.

Pengamat Politik Universitas Djuanda Gotfridus Goris Seran menuturkan, terpilihnya Dedie A Rachim sebagai wali kota Bogor itu berhasil mematahkan mitos wakil wali kota Bogor sulit menjadi wali kota Bogor.

"F2 sulit menjadi F1 ini diputus oleh Kang Dedie," kata Gotfridus Goris Seran.

Menurutnya, ada tiga faktor penyebab Dedie A Rachim berhasil mematahkan mitos di pilkada Kota Bogor. Pertama, Dedie mempunyai rating tinggi dibanding calon wali kota lain.

"Saya lihat dibandingkan calon yang lain, Pak Dedie punya keunggulan tersendiri. Sosok Pak Dedie punya reputasi integritas," paparnya.

Kedua, record pengalaman sebagai wakil wali kota Bogor, ini memberi makna bahwa beliau memiliki kinerja bagus ketika mendampingi Bima Arya.

"Realitas fakta bahwa apa yang sudah dilakukan Pak Dedie lima tahun ke belakang kinerjanya oke, mumpuni," jelasnya.

Terakhir atau ketiga, Dedie A Rachim memiliki pasangan yang mendukung. Di mana Jenal Mutaqin sebagai calon wakil wali kota Bogor memiliki pengalaman yang mumpuni sebagai mantan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tiga periode.

"Menurut saya, sosok Jenal kinerjanya memberikan satu insentif elektoral pada Pak Dedie. Sehingga, F2 Pak Dedie kemarin menjadi pendobrak," ujarnya.

"Dan tiga faktor kunci ini membuat Pak Dedie dan Pak Jenal itu bisa memenangkan pilwalkot," katanya.

Disinggung perbedaan dengan Achmad Ruyat, mantan wakil wali kota yang gagal menjadi wali kota, Seran menilai ada beberapa faktor penyebab. Salah satunya, terkait kekuatan partai politik.

"Mungkin kekuatan politik yang ada saat itu. Waktu itu bertumpuk pada PKS. Dan boleh kita katakan PKS belum terlalu besar dukungan elektoral dari masyarakat, dibandingkan PKS yang sekarang," papar Seran.

Halaman:

Tags

Terkini