Sedihnya Aku Hidup Bareng Keluarga Toxic (Habis) Penuh dengan isak tangis, aku menelepon suami. Aku mau ikut kembali tinggal bersama saja supaya aku dan anak-anak nggak merasakan kezaliman lagi.
bukan hanya karena kami dizalimi, tapi lingkungan keluarga suami juga nggak sehat.
Sangat toxic! ALHAMDULILLAH, selang seminggu kejadian motor hancur, dapat kabar baik bahwa aku dan anak-anak bisa menyusul suami. Hanya dua hari saja untuk packing dan membereskan barang-barang.
Sungguh, tiga bulan yang sangat tidak berkesan. Benar-benar hancur! Tapi, sekarang kami mulai menata hidup baru lagi.
Salah satunya, aku bergabung bersama komunitas. Masa-masa sulit tiga bulan itu cukup membekas dalam ingatan.
Tapi biar lah, urusan di sana jadi urusan suami dan keluarganya. Karena motor yang hancur masih di Blitar, aku minta pertanggungjawaban adik ipar untuk memperbaiki.
Beberapa barang seperti lemari juga masih aku tinggal. Hingga detik ini, aku dan adik ipar sudah nggak ada komunikasi lagi.
Padahal, sebelum kami pindah, setiap aku mudik betapa akrabnya dengan mereka.
Dan ternyata, Allah memberikan banyak pelajaran selama tiga bulan aku tinggal bersama keluarga suami.
Semoga ada hikmah yang didapat ya. Alhamdulillah, kehidupan aku dan keluarga kecil ini sudah membaik. Allah membantu memulihkan segalanya dan ingat lah, doa orang terzalimi itu dahsyat adanya. (*) Tamat...