METROPOLITAN.ID - itu dilakukan menyusul rencana penerapan tarif sewa yang diusulkan sebesar Rp500 ribu per jam menuai pro-kontra dari masyarakat.
Kepala Dispora Kota Bogor Herry Karnadi menuturkan, memang usulan tarif sebesar Rp500 ribu saat dibuka ke publik, sempat mendapatkan pro-kontra dari masyarakat.
Atas itu, pihaknya saat ini tengah membuat kuesioner terkait kemampuan klub lokal sepak bola untuk menyewa lapangan.
”Kami mau tambah variabel kemampuan klub lokal untuk menyewa lapangan. Nanti hasilnya kita analisis,” kata Herry Karnadi kepada wartawan, Senin (20/2).
Baca Juga: Tuai Pro Kontra, Pemkot Bogor Kaji Ulang Tarif Sewa Tiga Lapangan Sepakbola di Kota Bogor
”Dan pak wali juga bilang minta kajiannya ditambah dan diperdalam lagi. Mungkin bisa saja turun. Kita teliti lagi dan memang sedikit memungkinkan untuk sedikit turun,” sambungnya.
Herry Karnadi mengaku memang kajian yang saat ini sudah dilakukan hanya mencakup dua variabel. Yakni, variabel pemeliharaan dan perbandingan dengan stadion lain yang sejenis.
Tetapi, ia meyakini apabila kajian dengan penambahan satu variabel sudah dilakukan, maka pihaknya akan menghitung ulang berapa besaran tarif idealnya.
”Kemarin disampaikan angkanya itu Rp500 ribu. Tapi, itu baru dilihat dari dua variabel tadi. Nanti akan dihitung ulang,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Herry Karnadi meyakini bahwa tarif yang dibebankan tersebut sebenarnya dilakukan agar memberikan rasa tanggung jawab bagi para penyewa.
Kemudian yang kedua, ketika revenue atau pendapatan yang dihasilkan tentunya akan dimanfaatkan untuk pemeliharaan lapangan.
Atas itu, kebijakan berbayar sewa lapangan harus dilakukan karena untuk berkelanjutan melakukan pengelolaan lapangan yang baru saja diresmikan.
”Tidak bisa digratiskan dengan halnya Jakarta. Kan kalau digratiskan, kita coba hitung saja. Pemeliharaan lapangan itu Rp400 juta per tahun. Per satu lapangan itu, apalagi lapangannya besar dan ada foodcort-nya juga,” ujar Herry Karnadi.