METROPOLITAN - Pengelola pendidikan, khusus Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Bogor mulai waswas terhadap bangunan sekolahnya. Terutama, atap bangunan yang masih menggunakan balok dan kayu yang sudah keropos. Apalagi akhir-akhir ini Kota Bogor terus diguyur hujan deras disertai angin kencang.
Kekhawatiran itu pun dirasakan para guru dan Kepala SDN Cimanggu Kecil dan SDN Dewi Sartika 1, 2 dan 3 Kecamatan Bogor Tengah. Sebab, balok kuda-kuda atap bangunannya sudah lapuk, bahkan sudah ada yang patah dimakan rayap. Padahal, kondisi kerusakan bangunan sekolah itu sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Namun, hingga kemarin, belum ada tanda-tanda bakal direhabilitasi maupun direvitalisasi. ”Apa harus menunggu ambruk dulu, baru sekolah tempat proses belajar anak-anak kami ini diperbaiki? Seperti yang terjadi di SDN Pakuan Kecamatan Bogor Selatan. Atau, menunggu korban dulu, baru sejumlah pejabat datang meninjau sekolah ini. Mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Tapi, rasa waswas terhadap anak-anak kami selalu ada,” kata orang tua siswa SDN Cimanggu Kecil, warga Cimanggu Kecil, Kelurahan Ciwaringin Wawan, kepada Metropolitan, kemarin.
Menurutnya, di sekolah ini ada tiga ruang kelas dan satu ruang perpustakaan serta satu ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) kondisi bangunannya sudah cukup parah. Bahkan, sebagian atapnya sudah ada yang ambruk. Karena, selama 19 tahun, bangunan tersebut belum pernah direhab atas direvitalisasi.
Padahal, pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan perbaikan ke Disdik Kota Bogor. Namun, belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Sehingga, warga sekolah merasa khawatir dengan kondisi tiga bangunan ruang kelas, perpustakaan dan ruang UKS mendadak ambruk. ”Bila melihat kondisi bangunan sekolah ini kami waswas. Terlebih, bila turun hujan. Karena, kuda-kuda yang terbuat dari kayu balok sudah rapuh dimakan rayap. Bahkan, sebagian sudah ada yang patah,” ujar para guru SDN Cimanggu Kecil beberapa waktu lalu.
Menurut mereka, bangunan sekolah yang mulai rusak itu dibangun sekitar 1998 lalu. Sehingga, sangat mengganggu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). ”SDN Cimanggu Kecil ini memiliki 15 rombongan belajar, dengan jumlah siswa sekitar 500 orang lebih. Sedangkan ruang kelas yang tersedia hanya sepuluh kelas. Jadi, kalau tiga kelas itu ambruk, tinggal tujuh ruang kelas yang bisa terpakai. Sehingga, KBM dilaksanakan pagi, siang dan sore hari,” ujar guru di situ.
Untuk itu, warga sekolah berharap Disdik Kota Bogor merehabilitasi maupun merevitalisasi bangunan sekolah. Sehingga, nantinya dapat memberikan kenyamanan saat proses KBM. Apalagi sekolah tersebut sangat dibutuhkan masyarakat setempat. Karena, selain lokasinya berada di lingkungan padat penduduk, jarak dari satu sekolah ke sekolah lain sangatlah jauh.
Begitu juga dengan kondisi bangunan SDN Dewi Sartika 1,2 dan 3 yang berlokasi di Jalan Martadinata, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Sebab, balok kuda-kudanya sudah rapuh. Bahkan plafon-plafonnya sudah dipasang tiang penyangga. Ini dilakukan agar tidak ambruk dan menimpa siswa yang sedang mengikuti KBM kelasnya masing-masing. (tur/ar/ram/dit)