METROPOLITAN - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor mengimbau pengelola pendidikan, baik kepala sekolah (kasek) negeri maupun swasta yang ada di kota hujan agar selalu waspada terhadap cuaca yang tidak menentu pada akhir-akhir ini. Terutama, bagi sekolah yang kondisi bangunannya rusak parah. ”Kalau membahayakan keselamatan jiwa peserta didik, tolong diupayakan mencari ruang kelas yang aman dan nyaman. Terutama saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sedang berlangsung. Karena, akhir-akhir ini Kota Bogor terus diguyur hujan disertai angin kencang,” ujar Pelaksana tugas (Plt) Disdik Kota Bogor H Fahrudin, kepada Metropolitan, Kamis petang kemarin.
Imbauan ini disampaikan, kata H Fahrudin yang juga Sekretaris Disdik Kota Bogor, agar kepala sekolah khususnya SDN cepat tanggap begitu melihat cuaca tidak ’bersahabat’ sebelum sekolah yang rusak itu direhabilitasi maupun direvitalisasi. ”Insya Allah, kalau proses lelang sudah selesai, pasti secepatnya diperbaiki. Karena, disdik telah menganggarkan sekitar Rp26 miliar untuk memperbaiki sarana pra-sarana (sarpras) pendidikan,” ujar H Fahrudin.
Menurut H Fahrudin, disdik melalui kepala sekolah dan pengawas sudah menginstruksikan hal itu sejak Desember lalu, agar melakukan pengecekan terhadap kondisi fisik sekolah. Bila perlu, lanjutnya, ruangan tersebut agar dikosongkan dan melaporkannya ke disdik. ”Kami sudah menginstruksikannya, jika ada ruangan yang sudah tidak bisa digunakan dan membahayakan keselamatan warga sekolah agar dikosongkan,” paparnya.
Pengelola pendidikan, khusus SDN di Kota Bogor mulai waswas terhadap bangunan sekolahnya. Terutama, atap bangunan yang masih menggunakan balok dan kayu yang sudah pada keropos. Apalagi belakangan ini, Kota Bogor terus diguyur hujan deras disertai angin kencang. Kekhawatiran itu pun dirasakan para guru dan Kepala SDN Cimanggu Kecil dan SDN Dewi Sartika 1, 2 dan 3 Kecamatan Bogor Tengah. Sebab, balok kuda-kuda atap bangunannya sudah lapuk, bahkan patah dimakan rayap. Padahal, kondisi kerusakan bangunan sekolah itu sudah dilaporkan ke disdik.
Namun, belum ada tanda-tanda bakal direhabilitasi maupun direvitalisasi. ”Apa harus menunggu ambruk dulu, baru sekolah tempat proses belajar anak-anak kami ini diperbaiki. Seperti yang terjadi di SDN Pakuan Kecamatan Bogor Selatan. Atau menunggu korban dulu, baru sejumlah pejabat datang meninjau sekolah ini. Mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Tapi, rasa waswas terhadap anak-anak kami selalu ada,” pungkas sejumlah orang tua siswa SDN Cimanggu Kecil, seorang di antaranya mengaku bernama Wawan, warga Cimanggu Kecil, Kelurahan Ciwaringin, kepada Metropolitan. (ar/tur/ram/dit)