METROPOLITAN – Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud Sukiman mengatakan, permainan skip challenge atau pass out challenge sangat berbahaya. Permainan dengan cara menekan dada sekeras-kerasnya selama beberapa waktu dan menyebabkan anak tersebut kejang dan pingsan bisa menyebabkan kerusakan otak, bahkan kematian. ”Anak-anak menganggap permainan ini sebagai sebuah pengalaman yang menantang. Mereka tidak menyadari bahwa sebetulnya mereka pingsan karena asupan oksigen ke otak terhenti beberapa saat,’’ ujarnya.
Menurut dia, konsumsi utama otak adalah oksigen dan kekurangan asupan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Kerusakan ini bisa menyebabkan kelumpuhan atau kematian. Sehingga, permainan ini sangat berbahaya.
Oleh karena itu, Sukiman meminta remaja wajib menyetop permainan tersebut dan mencari permainan lain yang menyenangkan dan menyehatkan. Selain itu, pengawasan terhadap potensi perilaku menyimpang dari para siswa tidak cukup oleh guru, tetapi harus melibatkan semua pihak.
Sebab, lanjut dia, sesama siswalah yang paling tahu adanya berbagai penyimpangan tersebut, tetapi seringkali mereka tidak ada keberanian untuk mengadu. Mekanisme pengaduan yang aman (perlindungan saksi) perlu dibuat oleh pengelola sekolah, yaitu menerima pengaduan dengan merahasiakan pengadunya. Selanjutnya, pihak sekolah yang harus menindaklanjuti. ’’Jadi kalau ada tangkap tangan, pihak sekolahlah yang melakukan. Pengaduan sifatnya hanya sebuah informasi. Di seputar sekolah anak-anak juga sering nongkrong-nongkrong, merokok dan membuat kegaduhan tanpa ada yang peduli. Ini membutuhkan kerja sama dengan masyarakat lingkungan,’’ terangnya.
(rep/mam/dit)