Senin, 22 Desember 2025

Kota Bogor Butuh Tambahan SMP Negeri

- Senin, 10 Juni 2019 | 12:47 WIB

METROPOLITAN - Pelaksanaan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) SMP negeri di Kota Bogor yang dimu­lai pertengahan Juni dengan sistem jalur zonasi, mulai disikapi sejumlah kepala sekolah. Menurut Kepala SMP Negeri 5 Kota Bogor, Warsadi, PPDB 2019 lebih besar menggunakan sistem zonasi. Sistem zonasi ini tidak mem­pertimbangkan nilai siswa, melainkan lebih kepada jarak domisili peserta didik.

“Jadi siapa pun yang memiliki jarak terdekat dengan sekolah dituju, maka dialah yang berhak masuk ke sekolah itu. Walaupun nilainya kecil sekalipun, mereka masih memiliki kesempatan besar untuk bisa mengenyam pendi­dikan di SMP negeri, dan itu konse­kuensinya,” katanya.

Sistem zonasi murni itu, tutur War­sadi, persentasenya diterapkan lebih dari 55 persen. Kalaupun ada, untuk pertimbangan nilai hasil ujian hanya 2,5 persen, kemudian pertimbangan akademik dan nonakademik hanya 2,5 persen. “Sistem zonasi ini ibaratnya siapa dekat, dialah yang dapat,” ujarnya.

Warsadi mengatakan, banyak manfaat yang diperoleh dari sistem zonasi ini. Ke depannya, tidak akan ada lagi se­kolah favorit unggulan yang dipere­butkan para calon siswa. Dengan sistem zonasi, akan terjadi pemerataan kua­litas siswa di sekolah. Kemudian po­sisi anak tidak harus jauh dengan se­kolah, sehingga bisa mengurangi ke­macetan. Apalagi dengan berjalan kaki pun siswa bisa sampai ke sekolah. “Jadi bisa lebih hemat, kurangi ongkos jalan,” katanya.

Namun ada masalah lain yakni jum­lah SMP negeri di Kota Bogor hanya 20 sekolah. Letak antarsekolah satu dengan sekolah lain pun berjauhan. Misalnya di wilayah Kecamatan Tanah­sareal, lokasi SMP Negeri 5 jaraknya sangat berjauhan dengan SMP Ne­geri 16 di Bogor Timur, SMP Negeri 3 jaraknya sangat berjauhan dengan SMP Negeri 18. Di Bogor Selatan, SMP Negeri 10 berjauhan dengan SMP Negeri 17. Di Bogor Barat, lokasi SMP Negeri 4 berjauhan dengan SMP Ne­geri 14. “Makanya diperlukan penam­bahan SMP negeri yang baru,” katanya.

Dibanding kota lain di Jabodetabek, lanjut Warsadi, Kota Bogor sangat ter­tinggal jauh. Misalnya dengan Bekasi. Kota Bogor hanya memiliki 20 SMP negeri, tetapi Bekasi memiliki 50 SMP negeri. Padahal lulusan SD di Kota Bo­gor yang akan masuk ke SMP jumlahnya tidak kurang dari 16.000 siswa. Semen­tara dengan 20 SMP negeri hanya bisa menampung sekitar 6.000 siswa. “Yang 10.000 siswa lagi mau ditampung di mana?” tanya Warsadi.

Untuk memenuhi kebutuhan terse­but, Kota Bogor harus memiliki 40 hingga 50 gedung SMP negeri. Tetapi itu tidak mudah dan tentunya akan membutuhkan waktu lama serta biaya besar. Karena keterbatasan daya tam­pung di SMP negeri, satu-satunya jalan harus masuk ke sekolah swasta. Namun demikian, kualitas SMP swas­tanya pun harus memiliki bobot pen­didikannya yang lebih bagus sehing­ga bisa mengimbangi SMP negeri di Kota Bogor. “Banyak juga SMP swas­ta favorit yang berkualitas tapi biaya­nya sangat mahal, dan itu merupakan kendala besar bagi masyarakat kita,” ungkap Warsadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendi­dikan Kota Bogor Fachrudin mendu­kung penambahan SMP negeri. Sebab, sekolah itu seharusnya semua bersta­tus sebagai sekolah negeri. “Karena keterbatasan kemampuan pemerintah, makanya untuk pembangunan seko­lah negeri dibangun secara bertahap,” katanya. (ber/ar/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X