Senin, 22 Desember 2025

894 SMK di Jabar Telah Bermitra dengan Dunia Usaha

- Selasa, 10 September 2019 | 09:03 WIB
ILUSTRASI: Siswa SMK saat mempraktikkan membuat kue. Saat ini sebanyak 894 SMK di Jabar sudah bermitra dengan dunia usaha.
ILUSTRASI: Siswa SMK saat mempraktikkan membuat kue. Saat ini sebanyak 894 SMK di Jabar sudah bermitra dengan dunia usaha.

 METROPOLITAN – Revita­lisasi lembaga vokasi atau SMK merupakan upaya Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) untuk me­nyiapkan Sumber Daya Manu­sia (SDM) unggul, berkualitas dan berdaya saing dalam me­natap Revolusi Industri 4.0.

Terdapat sejumlah aspek yang menjadi atensi Pemdaprov Jabar dalam revitalisasi SMK. Mulai dari aspek kelembagaan, kurikulum dan kerja sama dengan Dunia Usaha atau Du­nia Industri (DU/DI). Selain itu, terdapat pula program magang guru untuk terpenu­hinya guru produktif yang kompeten, termasuk guru tamu dari praktisi.

”Dengan begitu, sekolah vo­kasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Ti­dak cukup punya ijazah, tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi,” terang Kepala Disdik Provinsi Jabar, Dewi Sartika.

Dewi menambahkan, penyela­rasan kurikulum SMK dengan DU/DI merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Disdik Jabar, Ke­menterian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Perindustrian, Kemenkoper­ekonomian, kementerian lain­nya sesuai amanat Inpres No­mor 9 Tahun 2016 serta pihak industri/perusahaan.

Pada 2018, Pemdaprov Jabar juga telah melakukan pilot project keahlian kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai con­toh ’link and match’ saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia. Lalu, keahlian teh di SMK Negeri 13 Garut dan keahlian Kriya Logam di SMK Negeri 3 Tasikmalaya.

Tak hanya itu, 894 SMK di Jabar telah bermitra dengan industri atau perusahaan. Hal itu sebagai upaya penyesu­aian kurikulum dengan DU/DI. Pemdaprov Jabar pun sudah menyelaraskan kuri­kulum 34 kompetensi keah­lian dengan kebutuhan indu­stri saat ini. Hal ini untuk pembentukan kelas industri dengan pembelajaran berba­sis Teaching Factory.

Untuk bidang lainnya, disdik telah berkoordinasi dengan dinas lainnya, seperti Dinas Pariwisata Kebudayaan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan dan dinas lainnya yang terkait kompetensi keahlian di SMK untuk program penyelarasan kurikulum di SMK .

”Tujuannya, bagaimana menghasilkan lulusan SMK yang sesuai kebutuhan indu­stri. Salah satu caranya seluruh SMK punya mitra dengan DU/DI. Ada anak-anak yang ma­gang di tempat industri, ter­masuk guru-guru dan profe­sional industri menjadi in­struktur di sekolah dan pro­gram industri datang ke se­kolah,” bebernya.

Jawa Barat sendiri, sambung dia, memiliki 2.950 SMK, 9,6 persen di antaranya SMK ne­geri dan sebagian besar (SMK) dikelola swasta, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu merupakan peluang serta potensi strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.

Salah satu contoh kerja sama sekolah dengan industri adalah kerja sama di bidang otomotif, di mana sekolah bekerja sama dengan PT Astra TBk. Di Jawa Barat terdapat sekitar 735 mem­buka teknik kendaraan ringan (otomotif). Namun pada 2019 baru 360 SMK yang bekerja sama dengan PT Astra.

Sele­bihnya ditargetkan pada 2012 semua SMK otomotif bisa be­kerja sama dengan PT Astra TBk atau perusahaan sejenis­nya. ”Model kerja sama yang dilakukan adalah penyelarasan kurikulum, pelatihan guru, peningkatan sarana prasarana dan alih teknologi serta teach­ing factory ,” kata Dewi. (mer/mam/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X