Senin, 22 Desember 2025

Belajar di Rumah, Tugas Anak Numpuk

- Jumat, 20 Maret 2020 | 09:38 WIB

METROPOLITAN – Peng­amat dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji, menilai, mayoritas guru di Indonesia masih gagap teknologi (gap­tek). Hal itu diketahui atas ketidaksiapan mereka dengan memberikan tugas rumah tanpa ada interaksi dengan siswa saat menjalankan pro­gram belajar di rumah. ”Dengan kondisi sekarang baru ketahuan kan kalau guru-guru kita banyak yang gaptek. Mereka tidak siap dengan pembelajaran daring yang sebenarnya mudah kalau mereka paham,” kata Indra, kemarin. Tiga hari memantau per­kembangan pembelajaran online, sambung Indra, guru-guru malah bingung mau mengerjakan apa. Walau sudah ada petunjuk teknis dari Kemendikbud, guru-guru ini tidak mengerti juga. Alhasil, mereka hanya mem­berikan tugas rumah tanpa ada interaksi dengan siswa. ”Pembelajaran daring itu ya harus ada interaksi siswa dan guru. Kalau cuma seka­dar kasih tugas, tidak usah pakai sistem daring. Pem­belajaran online tetap harus ada interaksi guru dan siswa. Jadi tidak dilepas siswanya kerjain tugas,” terangnya. Ia pun mengkritisi peng­gunaan dana Pendidikan Profesi Guru (PPG) triliunan rupiah yang dikucurkan pe­merintah untuk meningkat­kan kompetensi guru. Ter­nyata dana triliunan rupiah itu mubazir, karena mayori­tas guru di Indonesia masih gagap teknologi (gaptek). Padahal, secara regulasi sebenarnya konsep pembe­lajaran berbasis digital atau daring ini sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. ”Melihat prinsip pembela­jaran di atas harusnya guru-guru kita sudah siap men­ghadapi situasi belajar di rumah seperti sekarang. Apalagi, standar di atas se­bagai bagian dari 8 pilar pendidikan Indonesia sudah diterbitkan sejak 2016,” te­rangnya. Menurutnya, ini sudah 4 tahun dan pemerintah telah mengeluarkan biaya triliunan rupiah melatih guru-guru, baik yang dilakukan Kemen­dikbud maupun melalui program PPG, agar bisa mela­kukan proses pembelajaran sesuai standar di atas. ”Program pelatihan guru yang memakan uang rakyat dengan jumlah besar, terny­ata masih sebatas even, tak pernah terukur dan dievalu­asi learning output atau hasil belajarnya. Ini sangat berba­haya dalam menyukseskan program pembangunan SDM unggul, di mana pendidik adalah ujung tombaknya,” tandasnya. (jp/rez/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X