METROPOLITAN - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, tengah membahas Program Percepatan PTKI Unggulan. Pembahasan tersebut dilakukan secara virtual pada Minggu (11/10), dengan mengundang Wakil Menteri Agama dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani. Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi, mengatakan, mewujudkan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) unggul menjadi harapan dan ambisi bersama, sehingga bisa bersaing secara equil dengan perguruan tinggi di Indonesia. “PTKI yang unggul di antaranya diukur dari reputasi akademik, reputasi lulusan, rasio fakultas, prodi dan mahasiswa serta dibukanya program internasional,” terangnya. “Saya menaruh harapan besar kepada Dirjen Pendis dan Direktur Diktis yang baru, bisa menjadikan PTKI tidak saja menjadi kebanggaan umat Islam, tapi juga kebanggaan bangsa Indonesia,” tuturnya saat memberikan arahan pada Senin (5/10). Direktur PTKI, Suyitno, memaparkan tujuh program unggulan yang disebut sebagai Sapta Program Pengakselerasian dan Percepatan (SP3) PTKI yang menjadi konsennya ke depan. “Kurikulum PTKI akan dilakukan redesain agar profil lulusan yang sudah kita rumuskan ini sudah faktual, tidak hanya ideal, sebagai program pertama,” kata Suyitno. “Redesain kurikulum dengan evaluasi implementasi integrasi ilmu dengan memperkuat pemberdayaan ma’had al-jamiah,” kata mantan wakil rektor III UIN Palembang itu. Suyitno menyadari bahwa kurikulum berbasis kompetensi sudah sangat bagus. Namun, ini tetap harus dimonitor. “Kita harus melakukan redesain untuk melihat apakah sudah benar-benar bisa melahirkan profil lulusan yang bagus dan unggul,” tegasnya. Menurutnya, salah satu langkah redesain kurikulum adalah dengan konsep kampus merdeka dan merdeka belajar yaitu dengan memperbanyak waktu mahasiswa melakukan pembelajaran di luar kampus atau di luar prodi. Program kedua, lanjut Suyitno, adalah penguatan Rumah Moderasi Beragama PTKI, sehingga dapat berdiri kokoh secara struktural dan programnya tersusun dengan baik. “Penguatan Rumah Moderasi Beragama sangat penting agar kajian mengenai moderasi beragama ini bisa menjadi kajian yang lebih luas,” tandas guru besar UIN Raden Fatah Palembang itu.(re/feb/py)