Senin, 22 Desember 2025

Indeks Kegemaran Membaca di Indonesia Meningkat

- Kamis, 4 Februari 2021 | 18:01 WIB

Kabar baik datang dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, menyebut indeks kegemaran membaca di Indonesia terus menunjukkan tren kenaikan. Saat ini indeks kegemaran membaca di Indonesia pada 2020 berada di angka 55,74 poin atau kategori sedang. MELIHAT hasil-hasil sebe­lumnya terjadi peningkatan nilai indeks kegemaran mem­baca di Indonesia. Merujuk data Perpusnas, indeks ke­gemaran membaca di Indo­nesia pada 2016 tercatat 26,5 poin atau kategori rendah. Kemudian pada 2017 naik menjadi 36,48 poin dan masih kategori rendah. Lalu pada 2018 indeks ke­gemaran membaca di Indo­nesia kembali naik menjadi 52,92 poin. Dengan skor indeks itu, posisi kegemaran mem­baca di Indonesia masuk ke kategori sedang. Kemudian pada 2019 indeks kegemaran membaca kembali naik di angka 53,84 poin atau di po­sisi sedang. Untuk topik buku yang di­baca masyarakat Indonesia, paling banyak adalah keaga­maan. Disusul topik sastra, kesenian, olahraga dan hibu­ran. Selanjutnya buku dengan topik teknologi dan ilmu te­rapan, komputer dan tekno­logi informasi, geografi dan sejarah, bahasa, ekonomi, biologi dan ilmu-ilmu murni. Pada 2020 rata-rata kegiatan membaca masyarakat Indo­nesia empat kali dalam sepe­kan, dengan durasi rata-rata 1 jam lebih 36 menit per hari. Untuk jumlah buku yang di­baca rata-rata dua buku per tiga bulan. Lebih lanjut Syarif menga­takan dari sisi hulu, sejumlah aspek perlu diperkuat. ’’Agar literasi masyarakat meningkat,’’ katanya, Rabu (3/2). Perpusnas mengidentifi­kasi sejumlah kondisi yang perlu diperkuat untuk me­ningkatkan literasi. Di anta­ranya seperti penguatan peran peran pemerintah, peran pengarah atau penulis supaya menulis buku sesuai kebutu­han masyarakat dan peran penerbit untuk menyiapkan buku. Lalu peran penerjemah atau penyadur mengalihbahasakan buku-buku berkualitas dunia. Lalu, perlu juga ada regulasi distribusi bahan bacaan sam­pai peningkatan anggaran belanja buku. Dia mengaku perlu melihat realitas di masyarakat. ’’Kalau kita hari ini bicara tentang program, apa yang kita lihat di persoalan lapangan (adalah, Red) faktanya memang gak ada buku yang tersebar di masyarakat,’’ jelasnya. Bahkan di sekolah dasar di daerah terpencil atau terluar, sangat terbatas bahan bacaan yang tersedia. Sebanyak 70 persen daerah terluar, terting­gal dan terdepan (3T) mem­butuhkan buku-buku cetak. Urusan literasi juga dibahas dalam rapat antara Komisi X DPR (membidangi pendidikan) bersama Perpusnas, Selasa (2/2). Wakil Ketua Komisi X DPR, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengatakan, program lite­rasi di Indonesia sudah baik. Namun dia menilai belum bisa mencapai apa yang di­butuhkan. Menurutnya, kegemaran membaca bisa dipicu melalui keteladanan. Dia pun mengu­sulkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) didorong menjadi tela­dan membaca minimal tiga buku setiap tahun. Buku yang dibaca itu di luar buku bacaan wajib sesuai bidang pekerjaan­nya.(jp/rez/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X