METROPOLITAN - Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk guru mengalami hambatan, baik tahap pertama dan kedua. Salah satunya terkait pengumuman hasil seleksi guru PPPK yang mengalami penundaan dari waktu yang telah ditentukan akibat beberapa hal. Bukan itu saja, afirmasi yang minim, khususnya untuk guru dengan masa pengabdian yang lama, pun dirasa tidak sesuai. Untuk itu, anggota Komisi X DPR RI, Elnino M Husein Mohi, mengatakan bahwa ini menimbulkan kekecewaan yang besar atas rekrutmen tersebut. “Harapan yang besar itu akhirnya justru menuai kekecewaan yang besar pula bagi sebagian guru honorer karena mereka justru kesulitan menembus tes PPPK tersebut,” jelasnya dalam keterangan resminya, Senin (20/12). Selain itu, faktor umur dan kemampuan pribadi dalam hal teknologi serta tidak terbiasa dengan soal-soal tes menjadi masalah yang sulit teratasi oleh sebagian guru honorer. Padahal, mereka (guru honorer, red) sudah puluhan tahun mengajar dan mendidik murid-murid mereka. “Demi apa? Bukan demi uang, tapi karena mereka tidak tega melihat anak-anak di sekitarnya belajar tanpa jumlah guru yang memadai,” imbuhnya. Menurutnya, mereka telah menghibahkan diri mereka, waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan doa demi masa depan generasi penerus bangsa. Bahkan, mereka rela hidup meski kurang mendapatkan kesejahteraan demi mengajar dan mendidik banyak orang. “Ada banyak contoh di semua daerah betapa seorang guru (honorer) tak mampu membiayai anaknya sendiri yang ingin melanjutkan sekolah. Mereka benar-benar menjadi pahlawan bagi banyak anak masa depan, tapi benar-benar tanpa tanda jasa,” ujar politisi Fraksi Partai Gerindra itu. Baginya, tanda jasa untuk para pengabdi inilah yang menjadi tugas negara untuk memberikannya. Jasa mereka setidaknya diberikan tanda penghargaan dalam rekrutmen PPPK ini berupa penambahan nilai terhadap mereka berdasarkan umur, lama pengabdian dan medan juang, yakni tingkat kesulitan daerah pengabdian. “Tapi, ternyata dalam rekrutmen PPPK tahap I dan II, afirmasi itu diberikan negara sangat minim, sehingga guru honorer itu kalah bersaing dengan anak-anak muda yang memang kualitas hasil tesnya bagus walaupun pengabdiannya belum lama dalam dunia guru,” tegasnya. (*/feb/py)