METROPOLITAN – Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mengedukasi masyarakat terkait upaya pencegahan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan melalui berbagai kegiatan menarik. Salah satunya dengan meluncurkan Rumah Cegah di halaman kantor kementerian, Jakarta. Rumah Cegah berfungsi untuk melayani masyarakat yang membutuhkan informasi seputar kegiatan Itjen Kemendikbudristek. Bangunan satu lantai berwarna putih bergaya indische ini tampak mencolok di tengah deretan gedung pencakar langit di Jalan Jenderal Sudirman. Desain yang lahir dari kebudayaan lokal dan pendatang tersebut sengaja dipilih untuk menarik minat pengunjung. “Berawal dari pengamatan atas banyaknya gedung pencakar langit di sepanjang Jalan Sudirman–Thamrin yang tak mencerminkan ciri khas keindonesiaan, maka muncul gagasan untuk merombak Pos Keamanan Itjen menjadi bangunan yang dapat merefleksikan pendidikan dan kebudayaan,” kata Irjen Kemendikbudristek, Chatarina Muliana Girsang, kepada wartawan, Rabu (27/4). “Perpaduan antara arsitektur Eropa/Belanda dan rumah tradisional ini tampak pada ornamen kayu yang sering kita jumpai pada rumah berbagai etnis di Indonesia. Warna putih melambangkan birokrasi bersih dan melayani,” sambungnya. Sementara itu, Sesitjen Kemendikbudristek, Subiyantoro, menjelaskan, gedung mungil bernama Rumah Cegah itu merupakan bentuk elaborasi dari fungsi pos keamanan. “Sebagai simbol penangkal korupsi, kolusi dan nepotisme serta mencegah intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan di lingkungan Kemdikbudristek,” ujarnya. Bertempat di lokasi yang sama, Itjen Kemendikbudristek juga membuka pameran tunggal lukisan Abbas Alibasyah yang difasilitasi dari Galeri Nasional. Sebanyak 8 lukisan dipamerkan. Lukisan bermedia kanvas ini dibuat dalam kurun waktu 1969 hingga 1991. (jp/feb/py)