Sebelumnya, ia sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo untuk mendapatkan perawatan medis.
Namun, meskipun telah mendapatkan perawatan intensif, kondisi kesehatan Mbok Yem semakin memburuk, dan ia akhirnya meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat.
Baca Juga: Genjot Ekonomi Desa dari Akar Rumput, 337 Koperasi Merah Putih Resmi Berdiri di Sukabumi
Seperti yang dijelaskan porter senior Gunung Lawu, Esa Adi Prasetyo, kondisi Mbok Yem semakin lemah dalam beberapa bulan terakhir, akibat faktor usia.
“Kondisi tubuhnya memang sudah sangat lemah. Sakitnya itu karena faktor usia, tekanan darah rendah, dan tubuh yang sudah tidak bisa dipaksakan lagi,” ujar Esa Adi Prasetyo dalam keterangannya.
Seperi diketahui, Mbok Yem bukan hanya dikenal sebagai pemilik warung makan tertinggi di Gunung Lawu, tetapi juga sebagai sosok yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di alam bebas.
Baca Juga: Deretan Tempat Wisata Paling Indah di Jawa Barat yang Wajib Kamu Kunjungi saat Liburan
Sejak membuka warung pecel di puncak Lawu pada tahun 1980-an, Mbok Yem menjadi bagian dari setiap pendakian yang dilakukan oleh para pendaki yang menaklukkan gunung ini.
Warung sederhana yang terletak di ketinggian 3.150 mdpl ini sudah menjadi tempat singgah wajib bagi pendaki yang lelah dan lapar setelah menaklukkan medan berat Gunung Lawu.
Menu yang disajikan oleh Mbok Yem seperti nasi pecel dengan lauk telur ceplok, gorengan, dan teh hangat menjadi pilihan favorit para pendaki.
Hidangan yang disajikan bukan hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga menyegarkan jiwa para pendaki yang merasa lelah dan kedinginan.