METROPOLITAN.ID - Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi memaksimalkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menurunkan angk stunting.
Hal itu disampaikan Wali Kota Sukabumi Bobby Maulana saat sosialisasi Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2025 di Ruang Pertemuan Bappeda Sukabumi, Kamis, 15 Mei 2025.
Sosialisasi ini bertujuan membangun sinergi lintas sektor demi mewujudkan intervensi yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Wakil Wali Kota Sukabumi Bobby Maulana mengatakan, peran kecamatan sangat vital dalam mengoordinasikan aksi ini.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi seluruh elemen, termasuk kelurahan, puskesmas, pendamping sosial, penyuluh, dan masyarakat untuk menangani stunting.
Bobby Maulana menjelaskan, stunting merupakan tantangan strategis karena berdampak pada kualitas generasi mendatang.
"Dampaknya tidak hanya fisik, tapi juga perkembangan otak dan kapasitas SDM di masa depan," ujar Bobby Maulana.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), tren stunting di tahun 2019 prevalensinya 15,6 persen, naik menjadi 19,1 persen pada 2021, 19,2 persen di 2022, dan melonjak ke 26,9 persen pada 2023.
Di 2024, ia mengestimasikan angka stunting menurun ke angka 16,8 persen namun data resmi Kemenkes belum dirilis.
Dalam Rancangan Awal RPJMD 2025–2029, Pemkot Sukabumi menargetkan penurunan stunting secara bertahap yakni 23,52 persen pada 2025 dan 22,11 persen pada 2026.
Selanjutnya, 20,79 persen pada 2027, 19,54 persen pada 2028, dan 18,37 persen pada 2029.
Target ini disebutnya membutuhkan kolaborasi semua unsur.
"Kita harus bergerak bersama dan cepat. Masa depan Kota Sukabumi bergantung pada keberhasilan kita menurunkan stunting hari ini," pungkasnya. (UM)***